GEMARNEWS.COM - JAKARTA , Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyampaikan, peluang pasar ekspor ke
Jepang kini kembali terbuka lebar menyusul mulai pulihnya negeri matahari terbit tersebut dari Covid-19.
Peluang ini penting untuk dimanfaatkan dengan maksimal oleh para pelaku usaha, khususnya usaha kecil dan menengah (UKM).
Untuk itu, Mendag Agus menyambut baik diselenggarakannya seri seminar web (webinar) Japan–Indonesia 20/21 Market Access yang dibuka dengan webinar bertajuk “Market Access: Preliminary Session” hasil kerja sama Atase Perdagangan Tokyo dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Osaka, pada Kamis (18/6).
“Pemerintah Jepang menetapkan kebijakan untuk membangun rantai pasok yang lebih berkelanjutan, terutama dengan semakin pulihnya Jepang dari Covid-19. Hal tersebut menjadi peluang yang harus
dimanfaatkan Indonesia untuk mengisi kekosongan dan meningkatkan laju ekspor ke pasar Jepang,” ujar Mendag Agus.
Webinar tersebut merupakan awal dari rangkaian serial kegiatan yang bertujuan memberikan informasi pasar dan pelatihan (coaching) kepada pelaku ekspor, khususnya UKM, untuk dapat memanfaatkan peluang ekspor di pasar Jepang pada masa pemulihan Covid-19 .
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kemendag, Kasan, mengatakan, Kemendag telah melakukan kebijakan memitigasi dampak pandemi Covid-19. “Mencermati kinerja dan situasi saat ini, Kemendag telah melakukan kebijakan strategis memitigasi dampak pandemi COVID-19 terhadap kinerja
ekspor, antara lain melalui memudahkan proses perizinan dan memberikan bantuan fasilitasi kepada para eksportir yang terdampak,” ujar Kasan.
Kasan menjelaskan, pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan bagi hampir seluruh negara di dunia, baik
dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Meski angka kasus Covid-19 terus meningkat di berbagai kawasan,
namun di beberapa negara Asia, khususnya Jepang, pandemi Covid-19 telah menunjukkan pemulihan yang
diindikasikan penurunan jumlah kasus aktif dan kasus baru. Dengan kondisi tersebut, Pemerintah Jepang telah mencabut status “state of emergency” sehingga kegiatan sosial dan ekonomi Jepang pulih kembali secara berangsur dengan istilah “new lifestyle”.
Pada sisi ekonomi, pandemi Covid-19 telah memberikan “wake up call” bagi transformasi perekonomian Jepang yang selama ini bergantung pada Tiongkok sebagai basis manufaktur. Untuk itu, Pemerintah Jepang mulai memikirkan rantai pasok global (global supply chain) baru dari negara lain sebagai alternatif yang baru.
Untuk itu, lanjut Kasan, guna meraih peluang mengisi rantai pasok global tersebut, para perwakilan perdagangan di luar negeri, baik Atase Perdagangan maupun ITPC, diharapkan dapat terus menyampaikan informasi pasar kepada pelaku usaha, serta melakukan promosi ekspor dan penjajakan kesepakatan (secara virtual) sehinga dapat menghasilkan transaksi dagang bagi para pelaku ekspor, khususnya UKM.
“Kami berharap pelaku UKM tetap optimis dan menjadikan krisis ini sebagai momentum yang baik untuk akselerasi sehingga dapat memanfaatkan peluang ekspor ke pasar Jepang secara optimal,” jelas Kasan.
Untuk memfasilitasi pelaku usaha dalam memanfaatkan peluang pasar Jepang, Atase Perdagangan Tokyo Arief Wibisono dan Kepala ITPC Osaka Ichwan Joesoef menyatakan akan berkolaborasi menyelenggarakan sesi lokakarya (workshop) virtual sebanyak lima kali secara berkala hingga September 2020 bersama para importir Jepang. Lokakarya akan digelar berdasarkan lima produk ekspor utama ke Jepang, yaitu makanan
dan minuman; energi terbarukan; agrikultur dan hortikultura; mold, die and automotive parts; serta furnitur
dan peralatan rumah.
Melalui lokakarya tersebut, para importir Jepang akan berbagi pengetahuan dan pengalaman agar para
pelaku usaha Indonesia dapat menembus pasar Jepang. Diharapkan, para pelaku usaha, khususnya UKM, yang dijaring Ditjen PEN Kemendag yang akan menjadi peserta lokakarya tersebut bisa mendapatkangambaran peluang untuk ekspor ke pasar Jepang pada tahun ini dan pascapandemi nanti. Selanjutnya pada akhir 2020, Atase Perdagangan Tokyo dan ITPC Osaka juga berencana menggelar penjajakan kerja sama
dagang (business matching) antara pelaku usaha Indonesia dan importir Jepang, khusunya untuk kelima produk utama tersebut.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar, yang hadir sebagai pembicara kunci dalam webinar tersebut menekankan pentingnya menjaga optimisme di tengah krisis pandemi yang melanda dunia saat ini. Dalam arahannya, Wamenlu mengatakan, Pemerintah Indonesia dengan politik bebas aktif tetap
ingin menjaga stabilitas kawasan dan terus berfokus memperkuat diplomasi ekonomi yang lebih asertif di masa pandemi.
“Dalam menunjang penguatan diplomasi ekonomi, Kementerian Luar Negeri secara aktif akan terusmelakukan kegiatan kolaborasi dengan Kemendag, khususnya dalam merumuskan produk unggulan ekspor di negara mitra, penguatan basis data eksportir, dan pembaruan pemetaan kekuatan industri dalam negeri,”
ujar Wamenlu.
Sekilas Mengenai Kinerja Perdagangan Indonesia Neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari--Mei 2020 masih mencatat surplus sebesar USD 4,31
miliar dengan sumbangan terbesar dari surplus nonmigas senilai USD 7,67 miliar. Pada periode tersebut,
ekspor Indonesia mencapai USD 64,46 miliar dengan nilai ekspor nonmigassebesar USD 60,97 miliar. Adapun lima negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia pada periode tersebut yaitu India, Singapura, Jepang,
Amerika Serikat, dan Tiongkok.
Hal yang sama terjadi pada hubungan perdagangan Indonesia dengan Jepang. Pada periode Januari--April 2020 total perdagangan kedua negara mengalami penurunan 9,95 persen dari USD 10,7 miliar menjadi USD 9,66 miliar dan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 8,13 juta. Adapun nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang pada periode yang sama tercatat sebesar USD 4,47 miliar, dengan produk ekspor utama meliputi
batubara, potongan logam mulia, konduktor listrik, nikel, dan karet.