Notification

×

Iklan ok

"Terima Kasih Ibu Yang Melahirkan Muhammad Zaki Kami Malu Sama Pemimpin Kami"

Senin, 29 Juni 2020 | 22.15 WIB Last Updated 2020-06-29T15:20:15Z
Penulis : Rizki Dasilva
Ada emosi yang tak bisa tersampaikan. Terasa sesak di dada. Haru dan sedih walau tak pernah berjumpa. Saya mengenal hanya saat terdengar bahwa sosok guru, pahlawan tanda jasa meninggal di negeri mutiara hitam. Kini guru berasal dari aceh ini hanya meninggalkan batu nisan di pupua.

Namanya Muhammad Zaki bin Zakaria kelahiran Desa Cot Kruet, Kec. Makmur, Kab. Bireuen pada 22 Maret 1984. Sudah bertahun-tahun mengabdi diri mendidik generasi bangsa di ujung timur Indonesia tepatnya di Nabire, Papua

Kita semua percaya tugas guru, yang diemban Muhammad zaki bukan tugas biasa. Tidak semua orang mampu. Almarhum pasti sosok yang sabar dan pantang menyerah. Perjalanan  ditempuh sangat ekstrem. Hutan yang lebat, harus turun naik bukit, sungai dan hujan dan panas Almarhum bisa melalui semua ujian itu. Semoga Allah Memberi pahala semua kebaikannya bisa menghapus seluruh dosanya. 

Saya baru tau ada pemuda aceh yang mengorbankan dirinya untuk anak-anak papua. Seandainya saya mengenalnya, pasti kepingin bertemu dengannya. Hanya ingin mengucapkan terima kasih telah mengharumkan nama aceh di negeri papua. Sekarang guru yang hebat bernama muhammad zaki telah tiada. Dari hati yang dalam mewakili guru-guru muda di aceh hanya bisa mengucapkan terimakasih kepada ibu yang melahirkan muhammad zaki. Semoga amal kebaikannya bisa menarik tangan ibu ke surga.

Disisi yang lain. Saya malu dengan Pemerintah Aceh. Saya malu dengan yang katanya wakil rakyat disenayan. Saya malu dengan senator aceh yang katanya sedang  memperjuangkan rakyat aceh. Saya malu dengan pemimpin aceh. Satu orang guru asal aceh sudah 3 bulan terakhir ketika beliau memposting keadaanya yg sedang sakit di pelosok Papua dan berharap bisa kembali ke Aceh untuk berobat Namun sia-sia. Tak satupun yg menghiraukan hingga akhirnya alm seperti orang yg berputus asa. Dan meninggal dunia. Bahkan lebih menyedihkan dikuburkan disana. Ibunya tidak sempat melihat wajah terakhir anaknya.

Bahkan di media massa kemarin sempat mengabarkan kondisinya terakhir guru muda aceh ini yang sudah kritis selama seminggu. Kenapa pemimpin aceh ini tidak terketuk hatinya. Apa jangan-jangan karena bukan musim pilkada dan pileg? Sehingga ibu Muhammad zaki tidak punya dana menjenguknya saat sakit parah. Hari ini saya bisa merasakan perasaan ibu yang melahirkannya. 

Melalui tulisan ini, saya berharap pemerintah Aceh, pemerintah kabupaten Bireuen. Bahkan pemerintah pusat. Berikan pengharagaan dan bantuan ibu yang pernah melahirkan guru aceh yang sudah mengabdi papua Muhammad zaki. Bahkan kami rakyat aceh  lebih berkesan Bapak Presiden Indonesia, bapak PLT Gubernur Aceh, Bapak Bupati menjenguk ibunya. Sampaikan rasa terima kasih dan berikan jaminan kebutuhan hidup ibu muhammad zaki.

Kalau tidak, jangan harap kami ribuan guru di aceh bisa menghargai pemerintah, memberi apresiasi pada pejabat pemerintah. Memberi penghormatan kepada bapak dewan terhormat bila "Satu Guru Seperti Muhammad zaki saja dikuburkan di pupua tak mampu kau hargai".

Rizki Dasilva
(Ketua Forum Guru Muhammadiyah Bireuen)
×
Berita Terbaru Update