Gemarnews.com
Teuku Eddy Faisal Rusydi atau akrap disapa Bang Eddy dilahirkan 38 tahun silam di salah satu desa dalam Kabupaten Bireuen - Aceh. Ia lahir dari keluarga yang masih memiliki pertalian dengan keturunan raja - raja Aceh (Ulee Balang), ayahnya H. Teuku Rusydi Abd. Latief dan Sang ibu Hj. Bahiyah Ibrahim. Allah Yarham Ayahnya seorang Pengacara senior yang mulai beracara era tahun 1979, disamping pernah menekuni karier politik di parlemen Aceh Utara 1999 silam, sedangkan ibunya seorang tenaga didik yang telah mengabdikan sepanjang hidupnya sebagai guru di salah satu sekolah dasar di tanah kelahirannya.
Bang Eddy merupakan anak pertama dari lima bersaudara, Ia lahir di tengah-tengah keluarga yang agamis, disiplin dan bersahaja. Eddy kecil mendapat pendidikan agama pertama sekali dari sang ayah yang juga guru ‘rangkang’ di beberapa pondok pesantren ketika masa mudanya, ketika usianya menginjak 7 tahun Eddy di antar orang tuanya masuk madrasah ibtidaiyah di kampungnya, di sana Ia menghabiskan masa kecilnya bersama dengan teman-temannya. Selanjutnya Ia masuk pondok pesantren modern Madrasah Ulumul Qur’an (MUQ) Langsa, Aceh Timur yang merupakan salah satu pondok pesantren modern berpengaruh dalam percaturan pendidikan Aceh ketika itu. Sedangkan pendidikan menengah umum Ia selesaikan di SMU Negeri 1 Lhokseumawe, Aceh Utara dimana SMU tersebut termasuk salah satu sekolah favorit ketika itu.
Sementara pendidikan strata satu dikhatamkannya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry pada fakultas Syari’ah, jurusan perbandingan Madzhab dan Hukum. Semasa kuliah Ia sangat termotivasi untuk menjadi seorang penulis ulung dan melahirkan karya-karya besar yang berpengaruh bagi zamannya maupun generasi setelahnya, disamping cita-cita sebagai Advokat, Ilmuan dan Politisi. Rasa, asa dan cita-cita yang tertanam kuat dalam dirinya telah mendorong dia untuk mengoleksi perpustakaan pribadinya tidak kurang dari 500 judul buku pemikiran tokoh, agama, filsafat, ilmu tafsir dan hadits yang diperolehnya dari berbagai daerah Indonesia.
Sedangkan Studi strata dua diselesaikannya pada Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, gelar Masternya dikukuhkan pada Juli 2008 dan tidak kurang 350 judul buku terkoleksi di perpustakaan pribadinya seputar masalah konsep politik, mediasi, negosiasi, filsafat, toleransi, komunikasi, identitas, konflik, perang, damai, agama, kekerasan, hubungan pemerintahan, dan lain-lain.
Kini Bang Eddy adalah kandidat Doktor Hukum pada Universitas Krisna Dwipayana (UNKRIS) Jakarta dalam konsentrasi Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Spesialisasi Merek Dagang. Sejak duduk di bangku pendidikan Master, Bang Eddy sangat gemar menulis buku, mengisi kolom opini sejumlah koran maupun majalah. Karya-karya besarnya yang telah dipublikasikan antara lain Pengesahan Kawin Kontrak; Pandangan Sunni-Syi’ah Imamiyah, Psikologi Kebahagiaan, Kala Cinta Mengguncang Arasy Ilahi, Polisi Ideal; Sebuah Harapan, Metodologi Penelitian Sosial; Sebuah Pengantar bagi Peneliti Pemula, Menyemai Cinta dalam Keluarga; Kiat Membina Rumah Tangga Bahagia, Runtuhnya Hegemoni Amerika, dan Bunga Rampai demokrasi.
Disamping karya buku-bukunya menyebar dan diburu oleh pasar dan dijadikan objek penelitian sejumlah mahasiswa di sejumlah Universitas, buah pikiran dan tintanya juga turut membasahi sejumlah halaman kertas media lokal dan nasional antara lain Indonesia Bersatu, Suara Perempuan Papua, Manggala Naya Wiwarottama, Rastra Sewakottama, dan lain-lain. Demikian juga dengan kegiatan penelitian ilmiah, Ia pernah tercatat sebagai peneliti pada lembaga kecerdasan makrifat dan kearifan lokal Falsafatuna Yogyakarta di bawah pimpinan Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, SU.
Kini Ia menekuni karier sebagai Advokat, Konsultan hak Kekayaan Intelektual, Mediator, Pengacara Pajak, dan Konsultan Politik. Lebih jauh, diluar kegiatan akademik, sebagai seorang anak politisi sepertinya darah sang ayah turut membentuk pemikiran dan motivasinya yang besar terhadap dunia politik, beberapa torehan karir politik dan organisasi antara lain adalah Ia aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII), Presidium Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia (KAPMI), Sekretaris DPW MASYUMI Aceh, Ketua Umum DPA Partai Pemersatu Muslimin Aceh (PPMA), Ketua Umum PW Persatuan Umat Islam (PUI) Aceh, Sekretaris LBH Dharma Nusantara Aceh, Koordinator Wilayah IJABI-OASE Peduli Aceh, Kabid Litbang Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Aceh, Ketua Umum DPP Peace Institute, pengurus DPP Asosiasi Konsultan Hak Kekayaan Intelektual (AKHKI) Indonesia, Mediator dan Anggota Pusat Mediasi Nasional (PMN), Direktur Eddie, Farid & Global Partners Counsulting. SDN.BHD, sebuah perusahaan miliknya di Malaysia, Direktur CV. Eddie Organizer Aceh, Ketua Yayasan Eddy Untuk Negeri (Eddie Foundation), Presiden Dewan Perniagaan Usahawan Kecil Malaysia (DPUKM) Republik Indonesia, dan lain-lain. Ia juga pernah menekuni karir sebagai Konsultan Politik dimana beberapa daerah nusantara pernah dikunjunginya dalam rangka menyusun strategi pemenangan bagi calon Kepala Daerah. Lewat sejumlah organisasi di atas Ia bersama rekan-rekannya telah berbuat banyak dalam misi kemanusiaan kendati jarang terekspose oleh media massa.
Selanjutnya sejumlah perkara besar baik Perdata maupun Pidana HaKI yang pernah di tanganinya dan melambungkan namanya di sejumlah Media lokal dan nasional antara lain sengketa Merek Terkenal Ayam Lepaas, Merek Dagang Kopi Ulee Kareng, Merek Restoran Pondok Soto Endang, Merek Dagang Pupuk Cap Bola Dunia, Merek Dagang Kecap Cap Singa, dan sejumlah perkara lainnya seperti PKPU dan Kepailitan, serta Kredit Macet. Lebih jauh Ia juga telah mendaftarkan ratusan karya intelektual milik masyarakat Aceh, Jakarta dan beberapa daerah pulau Jawa, disamping telah berkunjung ke banyak wilayah Nusantara dan Manca Negara dalam kegiatan profesinya.
Ia juga pernah menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga Internasional yang berkedudukan di Malaysia dan Singapura disamping juga tercatat sebagai Konsultan sejumlah restoran ternama seperti Ayam Lepaas, Bu Sie Itek Bireuen Ustadz Heri, Kopi Ulee Kareng dan Konsultan sejumlah perusahaan swasta dan Kantor Pemerintah seperti Badan Keselamatan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol dan Linmas), Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah, Badan Riset dan Standarisasi Industri, dan sejumlah lembaga lainnya disamping waktunya yang cukup padat sebagai pembicara pada seminar di sejumlah negara seperti Malaysia, Thailand dan Singapura. Di Malaysia sendiri Bang Eddy kerap diundang dan berbicara di podium Internasional lintas lembaga pemerintah seperti Technology Park Malaysia, Malaysian Trading, Persatuan Pengilang dan Industri Perkhidmatan Bumiputra Malaysia dan lain-lain disamping memiliki banyak relasi lintas pengusaha, universitas, kelompok masyarakat dan perusahaan Malaysia. Selama pandemi Corona Virus Deseas (Covid) 19 mewabah dunia dimana Indonesia secara umum dan Aceh khususnya ikut terdampak Covid 19 tersebut Bang Eddy bersama lembaga kemanusiaan Eddie Foundation yang dibidaninya bersama aktivis kemanusiaan sangat eksis membantu warga di jagat Indonesia, Aceh, dan Malaysia mulai dari menyalurkan kebutuhan pokok berupa makanan, perlengkapan shalat bagi pondok pesantren dan warga, Masker, mengunjungi warga kesusahan, memfasilitasi pengobatan masyarakat pedalaman, membantu etnis Rohingya yang terdampar di Aceh Utara hingga membangun rumah layak huni bagi warga tidak mampu bersama sejumlah donatur seperti PT. Imza Rizky Jaya Group serta kerjasama Internasional dengan dengan pemuda Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang bermarkas di Istanbul - Turky.