Gemarnews.com, Aceh Utara - Jaringan Aneuk Syuhada Aceh (JASA) Kabupaten Aceh Utara mengecam kegiatan Peringatan 15 Agustus 2020 dengan ‘Tour Moge’ yang dilaksanakan oleh Badan Reintegrasi Aceh (BRA) bekerjasama dengan Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI), Rabu (12/8).
Jubir JASA Aceh Utara, Zubaili bin Muhammad Ali sangat menyesalkan kegiatan yang di lakukan oleh BRA dalam menyambut hari damai ke-15 tahun ini.
"Kita sangat menyesalkan kegiatan yang dilakukan oleh BRA pada penyambutan hari damai yang sangat bersejarah bagi masyarakat Aceh terutama sekali kami anak syuhada dan korban konflik," ujarnya.
Zubaili juga mengatakan masih banyak sekali keluarga eks kombatan dan korban konflik lainnya yang sama sekali belum memperoleh keadilan hingga kini
"Mengingat dan mempertimbangkan masih banyak sekali keluarga eks kombatan, anak syuhada serta korban konflik yang belum memperoleh keadilan hingga sekarang." tambahnya.
Kegiatan Tour moge yang dibiayai dengan anggaran senilai Rp305.663.796 ini juga dianggap sebagai bentuk ketidakpedulian Pemerintah Aceh dalam hal tuntutan hak-hak korban konflik.
"Banyak korban konflik yang selalu di janjikan bantuan, tapi hasilnya nihil. Bahkan ada yang putus pendidikan karena faktor ekonomi," cetus Jubir JASA ini.
Zubaili juga mempertanyakan mengapa hal-hal seperti pendidikan bagi anak korban konflik tidak menjadi perhatian dari kalangan BRA.
"Nah jadi pertanyaannya, mengapa sektor pendidikan tidak menjadi pusat perhatian yang paling utama bagi BRA?" tanyanya.
Ia juga mengingatkan bahwa ada darah dan keringat para syuhada yang dinikmati oleh para pemangku kebijakan di Aceh hari ini.
"Ingat, ada darah dan keringat para syuhada yang kalian nikmati serta yang kalian berikan untuk keluarga. Seharusnya hari peringatan damai ini kalian laksanakan dengan keadilan dan penuh kebijaksanaan bukan dengan cara menghamburkan uang Aceh seperti ini". katanya.
Muchlis Bin Sayed Adnan selaku Ketua Jasa Aceh Utara juga angkat bicara. Menurutnya kegiatan tour moge ini sudah diluar batas dan ia menyarankan agar kegiatan tersebut dibatalkan serta anggarannya dapat dialihkan kepada korban konflik, seperti membangun rumah dhuafa dan santunan kepada anak korban konflik.
"Kegiatan ini sudah diluar batas dan kami usulkan agar kegiatan ini dibatalkan serta anggarannya disalurkan ke korban konflik,membangun rumah dhuafa atau memberikan santunan kepada anak syuhada serta korban konflik," ujarnya.
Muchlis menjelaskan jika untuk mensosialisasikan damai Aceh ke luar bisa dengan cara lain, yang terpenting adalah kesejahteraan para eks kombatan, anak syuhada dan korban konflik yang hari ini masih berkehidupan dibawah rata-rata. Kadangkala ada masih belum punya rumah layak huni.
"Kepada Ketua BRA, kami mengecam kegiatan ini dan jika tidak sanggup menjalankan roda kepemimpinan BRA dengan bijaksana serta tidak dapat mengelola uang korban konflik dengan adil lebih baik saudara turun daripada jabatan itu", tegas Ketua JASA.
Ia juga mengatakan bahwa Ketua BRA tidak paham bagaimana tata cara menangani suatu daerah yang sudah di landa konflik berkepanjangan.
"Menurut saya Ketua BRA tidak paham masalah menangani suatu daerah yg baru di landa konflik, kedudukan ketua BRA tidak sesuai untuk anda, lebih sesuai sebagai ketua organisasi motor", tutup anak Alm Sayed Adnan Mantan Gubernur GAM Wilayah Samudera Pasee. []