Dok.Foto, Salah seorang mahasiswa saat memperhatikan tembok pembatas yang tertempel spanduk bertuliskan 'Jangan Rusak Darussalam' [Gemarnews.com]
GEMARNEWS.COM - BANDA ACEH, Dema UIN Ar-Raniry Banda Aceh menggelar aksi dan doa bersama didepan tembok yang tertutup dipersimpangan jalan yang dipergunakan oleh masyarakat Kopelma Darussalam dan juga mahasiswa.
"Hari ini kita melihat banyaknya masyarakat dan mahasiswa yang mengeluh akan penutupan jalan, kebijakan yang seperti ini dapat kita nilai tidak mencontohkan budaya pendidikan," ungkap Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Ar-Raniry, Reza Hendra Putra, Rabu (19/8/2200).
Reza mengomentari terkait penutupan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab atas tembok tersebut, bahkan tembok itu kini juga terkesan bagaikan perbatasan Jalur Gaza Jilid II.
Hari ini teman-teman mahasiswa melakukan tindakan ini atas bentuk kekecewaan masyarakat dan mahasiswa lainnya atas kegelisahan hati mahasiswa dan masyarakat umum lainnya. Mereka berharap dengan tindakan yang dilakukan bisa dilihat oleh pimpinan-pimpinan kampus baik UIN Ar-Raniry, Unsyiah, dan Dayah Chiek Pante Kulu.
”Ini bukan pimpinan yang menjadi korban dan bukan elite-elite kampus yang jadi korban, tapi yang menjadi korban adalah mahasiswa dan masyarakat di sekitarnya, dan kami mengecam atas tindakan-tindakan seperti ini,” ujar Reza.
Dok.Foto, Sejumlah mahasiswa saat menggelar aksi dan doa bersama didepan tembok Jalur Gaza Jilid II.
Menurut Reza, hari ini poin utamanya bukan persoalan ada dan tidak adanya penutupan jalan ini, tapi hal itu atas pertimbangan bahwa kebijakan-kebijakan yang dilakukan pimpinan kampus-kampus sejauh ini sudah tidak lagi mencerminkan nilai-nilai pendidikan seutuhnya.
"Kami menilai sudah terjadi sebuah pelecehan besar dalam dunia pendidikan, apalagi mengingat Darussalam tempat pendidikan di Aceh cerminan ataupun kiblat pendidikan bagi seluruh masyarakat Aceh, ini bentuk kecaman kami baik terhadap pimpinan UIN Ar-Raniry, Unsyiah, dan juga lainnya," kata Reza.
Presma UIN Ar-Raniry menuntut pihak-pihak yang terlibat dalam hal ini baik Unsyiah, UIN Ar-Raniry atau kampus lainnya, dan juga pemerintah Aceh dapat segera duduk musyawarah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut secara kekeluargaan dan juga budaya pendidikan yang harus dikedepankan.
"Hal ini agar kepercayaan masyarakat Aceh terhadap Darussalam sebagai tempat mencetak orang-orang hebat dan berpendidikan tidak hilang," pungkas Reza.
Liputan : MN