Gemarnews.com , Banda Aceh
melonjaknya angka korban terpapar Covid-19 di Aceh dalam sebulan terakhir ini, menurut Sekjen Forum LSM Aceh Sudirman Hasan, bukan hanya karena masyarakat kurang aktif dalam menerapkan kebijakan protokoler kesehatan, tapi juga karena sosialisasi yang minim dari Pemerintah Aceh. Sedikitnya tes swab yang dilakukan Pemerintah Aceh juga menjadi turut mendorong meningkatkan penyebaran virus tersebut.
Data Gugus Tugas Penanganan dan Pencegahan Covid-19 Aceh mengebutkan, sampai 12 Agustus 2020, jumlah warga positif terpapar Covid-19 di Aceh telah mencapai 747 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 499 orang sedang masa perawatan dan 23 orang yang meninggal dunia. Padahal pada 15 Juli atau sekitar sebulan lalu, jumlah positif itu hanya 119 orang. (14/8/20)
“Berarti hanya dalam satu bulan terjadi peningkatan hingga 627 persen atau lebih dari enam kali lipat,” kata Sudirman. Rasio penambahan ini merupakan yang tertinggi di Indonesia.
Sebagai perbandingan, katanya, di Sumatera Utara, untuk tentang waktu yang sama, rasio kenaikan hanya 410 persen atau sekitar empat kali lipat. Kalau rasio ini berjalan stabil, maka dalam beberapa bulan ke depan, bukan tidak mungkin angka terpapar Covid di Aceh akan sama dengan Sumatera Utara.
“Ini jelas kondisi yang sangat berbahaya. Padahal jumlah penduduk di provinsi Aceh hanya 5 juta, sementara Sumatera Utara 13,22 juta. Belum lagi soal anggaran pembangunan, Aceh jauh lebih besar. Tapi nyatanya dari aspek pembangunan, Aceh kalah jauh dari Sumut dan kondisi kesehatan masyarakat kita juga sangat mundur,” kata Sudirman.
Sudirman menyakini, jumlah positif 747 orang di Aceh saat ini hanya yang terdata saja. “Faktanya, yang terinfeksi mungkin berkali-kali lipat dari itu,” katanya.
Hal ini terjadi karena tindakan swab untuk pemeriksaan specimen di Aceh masih sangat kecil. Akibatnya, banyak orang positif yang tanpa gejala bebas berkeliaran dan menyebarkan virus tersebut kepada orang lain.
“Ingat, tidak semua yang terinfeksi itu langsung sakit. Ada orang yang daya tahan tubuhnya baik, sehingga ia tidak menunjukkan gejala sama sekali meski terinfeksi. Tapi orang seperti ini sangat berbahaya, karena ia berpotensi menyebarkan virus itu kepada yang lain,” ujar Sudirman.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, Sudirman meyakini, jumlah terpapar Covid akan terus meningkat di Aceh. Meski Pemerintah Aceh telah menambah kamar isolasi di ber bagai rumah sakit daerah, tapi kalau sosialisasi di masyarakat sangat minim, semua akan sia-sia. Suatu saat jumlah kamar itu akan berkurang.
“Pemerintah Aceh seharusnya jangan hanya focus pada upaya kuratif atau pengobatan saja, tapi harus ada langkah pencegahan di masyarakat,” katanya.
Sudirman menyarankan agar langkah sosialisasi tentang Covid-19 lebih ditingkatkan di berbagai daerah. Terutama dalam menyebarkan kabar soal protokler kesehatan. Soalnya, sampai saat ini, hasil survey Forum LSM Aceh menunjukkan kalau masyarakat Aceh masih banyak yang kurang percaya dengan Covid-19. Mereka menganggap kalau Covid itu hanya bualan pihak luar saja. Tidak heran jika warung kopi dan pusat keramaian masih banyak dikunjungi warga. Padahal tindakan hal itu sangat berbahaya.
“Hal seperti ini harus dilihat sebagai sebuah kelemahan Pemerintah Aceh dalam melakukan sosialisasi di masyarakat,” tambah Sudirman.
Maka itu, sepantasnya Pemerintah Aceh menggalang kerjasama dengan berbagai pihak, seperti LSM, ulama, akademisi dan tokoh masyarakat untuk kegita sosialisasi ini. Pemeriksaan swab juga harus ditingkatkan, terutama di kawasan Aceh Besar dan Banda Aceh, karena dua kawasan itu merupakam zona yang sangat merah di Aceh.
“Kabarnya Pemerintah Aceh akan mengoperasikan dua mobil PCR untuk tes swab. Saatnya pemeriksaan specimen swab itu diperbanyak sehingga orang tanpa gejala bisa dideteksi agar tidak menyebarkan virus ini,” kata Sudirman.
Tidak kalah pentingnya, Pemerintah Aceh juga harus punya satu pintu khusus untuk menyampaikan informasi soal Covid ini. Jangan ada lagi lembaga lain yang menyampaikan informasi sama dengan data yang berbeda. Hal ini akan membuat masyarakat menjadi bingung ( Raju )