Aceh Siaga ! Perempuan dan Anak di bawah ancaman kekerasan seksual
OPINI
Siaga...! Perempuan dan Anak di bawah ancaman kekerasan seksual, miris dan sedih. Kita perempuan dan aktivis para peduli sosial bisa apa?
Kejadian perkosaan perempuan dan pembunuhan anak di Aceh Timur bikin jantung copot, dunia terasa kelam, hanya satu kasus di antara banyak kasus lainnya. Kita mengutuk pelaku lewat medsos, tapi pelaku mungkin tak pernah baca tulisan kita, kita berdoa kepada Allah dan memintakan negaran akan memberikan hukuman dan berlaku adil terhadap korban tapi itu juga tidak cukup membuat pelaku lainnya jera. Kita sudah berusaha untuk menjaga keluarga kita, tapi kita tidak pernah tau kapan ancaman itu datang, hanya doa kepada Allah untuk terus mendapatkan perlindungan dan pemeliharaan Nya, namun apakah ini cukup?
Tentu tidak, kekerasan terhadap anak dan perempuan terus meningkat.
Kita sampai kebingungan apa yang terjadi di Aceh saat ini seperti gelombang tsunami kekerasan seksual yang dasyat dan berharap ada yang harus dilakukan untuk Aceh ini dalam rangka memberikan kontribusi meminimalisir angka kekerasan seksual ini terhadap perempuan dan anak-anak ini dengan adanya dukungan dan bekerjasama dengan para pihak.
Ketika hukum cambuk juga belum menjadi efek jera, ketika Aceh sudah melakukan pemberlakuan Syariat Islam, apa lagi jalan harus dilakukan jika pelaku masih banyak berkeliaran dan bahkan siap mencari mangsa, mari kita pikirkan dan ambil tindakan.
Wahai pihak penguasa, kami sangat berharap harus ada langkah strategis untuk menyelesaikan persoalan ini, tidak hanya berupa tulisan tapi tindakan. Kiranya pageu gampong harus dilakukan sebagai salah satu solusi, memperkuat hukum adat dan sosial selain hukum sesuai Syariah Islam dan KUHP yang berlaku di Aceh untuk mengatasi persoalan kriminalitas di gampong.
Untuk kasus kekerasan seksual perkosaan perempuan dan pembunuhan anak di Birem Bayeun Aceh Timur, tidak ada hukum yang layak selain hukuman mati bagi pelaku karena pelaku merupakan mantan residevis sebagaimana dirilis media.
Sedih, pilu, sesak, galau dan merana.
Penulis
Cut Asmaul Husna
Aktivis Perempuan Aceh
Dosen UTU