Gemarnews.com, Aceh Besar - Tim Pengabdian dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang diketuai oleh Prof. Husni Husin melatih sejumlah mahasiswa Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Provinsi Aceh untuk memanfaatkan kembali limbah menjadi produk yang bermanfaat. Kegiatan tersebut berlangsung di Kompleks Markas Dewan Dakwah Aceh, Gampong Rumpet, Kec. Krueng Barona Jaya, Aceh Besar.
“Pada pengabdian ini kami bermitra dengan mahasiswa ADI yang nantinya mareka akan menjadi mubaligh di tengah-tengah masyarakat. Mareka dilatih tentang pemanfaatan mikroorganisme yaitu makhluk ciptaan Allah yang ditugaskan sebagai pengurai bahan-bahan terbuang yang ada di alam,” kata Prof Husni Husin, Senin (16/11/2020).
Prof Husni Husin menjelaskan bahwa daun, sisa sayur-sayuran dan bahan lainnya yang mengandung karbon dan hidrogen, sebetulnya masih memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Akan tetapi bagi sebagian orang mungkin menganggapnya sebagai sampah yang tidak memiliki nilai baik dan harus dimusnahkan.
Ia menambahkan sebenarnya dengan cara-cara yang tepat, sampah tersebut masih dapat dimanfaatkan dalam kehidupan ini. Dimana sampah dapat diubah menjadi kompos, yang dapat menjadi sumber hara organik bagi pertanian.
“Apalagi sekarang ini, hasil pertanian organik mulai mendapat nilai lebih di pasaran kota besar. Dan pupuk granular pun semakin diminati masyarakat,” kata Prof Husni Husin.
Guru besar ilmu teknik kimia Unsyiah itu, mengungkapkan pada pengabdian tersebut Tim Unsyiah selain memberikan bekal ilmu, juga memberikan sejumlah peralatan produksi. Diantaranya mesin pencacah sampah, mesin penghalus kompos dan mesin untuk memproduksi pupuk granular.
Mesin pencacah sampah digunakan untuk memperkecil ukuran sampah sehingga volume sampah yang akan diolah menjadi kompos bisa menjadi lebih kecil dan juga untuk mempercepat proses pembentukan kompos. Selanjutnya kompos yang sudah jadi kemudian dihaluskan dengan mesin penghalus agar memiliki ukuran yang lebih seragam.
“Pada tahap ini, produk kompos powder sudah dihasilkan dan dibentuk menjadi granular secara manual. Lebih lanjut apabila ingin dijadikan pupuk granular dalam jumlah banyak perlu dilakukan proses lebih lanjut dengan menggunakan mesin granulasi,” kata Prof. Husni Husin.
Salah satu anggota Tim Pengabdian, yang juga pengurus Dewan Dakwah Aceh, Enzus Tinianus, menambahkan ADI merupakan lembaga pendidikan binaan Dewan Dakwah Aceh. Tujuan utama pendiriannya adalah untuk mengembangkan program pendidikan dakwah bagi para calon da’i seluruh wilayah nusantara dalam sebuah program pendidikan yang khasus.
Kekhususan pendidikan tersebut tercermin dari orientasi pendidikan yang mengarah kepada penguatan intergritas sebagai da’i illallah, penguatan ulum ad din dan ulum ad da’wah.
“Di samping itu, program ini juga untuk menjawab kebutuhan da’i yang belum berimbang antara jumlah penduduk dengan jumlah da’i. Karena Dewan Da’wah meyakini bahwa, sekalipun ada da’i sejauta ummat, satu da’i tidak cukup untuk sejuta ummat,” kata Enzus.
Ia juga menjelaskan pelatihan tersebut selain memberikan bekal ilmu pengetahuan bioteknologi kepada para mahasiswa, juga sarat akan filosofi kehidupan bagi seorang muslim. Dimana Allah tidak pernah sekalipun menciptakan sampah dan semua ciptaan Allah itu baik dan ada manfaatnya.
“Manusialah yang dengan pendapatnya mengkategorikan sesuatu itu bermanfaat, tidak bermanfaat, sebongkah emas atau setumpuk sampah. Bahkan manusia yang tabiat dan kelakuannya buruk kadang dianggap sebagai sampah masyarakat. Menjadi salah satu tugas dakwah juga tentunya merangkul manusia-manusia yang demikian agar dekat kepada Allah sehingga bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara,” pungkas Enzus. (*)