Tu Sop Jeunieb Mutiara dari Aceh
Oleh : Muhammad Syarif, SHI,M.H
Tgk. H.Muhammad Yusuf A.Wahab adalah putra Tgk. H. Abdul Wahab bin Hasballah, lahir di Desa Blang Me Barat, Kecamatan Jenunieb, Bireun tahun 1964. Ayah beliau merupakan salah satu Ulama Kharismatik yang berasal dari Dayah yang memiliki andil besar dalam khazanah pentadbiran dayah di Bireun. Beliau lebih dikenal dikalangan Dayah dan Himpunan Ulama Dayah (HUDA) dengan lakap Tu Sop Jeunieb.
Masa kecil beliau belajar di SD Negeri 1 Jeunieb (1970), SMP Negeri 1 Jeunieb (1976) hingga berkelana di Dayah MUDI Mesra Samalanga, Bireun. Sambil menuntut Ilmu di Dayah MUDI Mesra, beliau juga mengajar disana.
Kepintarannya kala itu sudah semakin kelihatan. Satu alumni dengan Prof. DR. Syamsul Rijal, M. Ag mantan Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Ar-Raniry ini ternyata kutu buku (Kitab). Soal kitab turats jangan ditanyakan, tentu sangat mumpuni, kalau tidak mana mungkin jadi Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh periode 2018-2023.
Tahun 1993 Tu Sob mendalami ilmu agama di Mekkah Al Mukaramah, salah satu tradisi ulama Aceh masa dulu mengembala Ilmu kejazirah Arab. Tradisi ini dilakoni Tu Sob, belajar pada Syeikh Sayed Muhammad Ali seorang ulama sufi Mekkah bermazhab Maliki selama 4 Tahun. Tahun 1997 belia pulang ke Aceh dan kembali mengabdi pada Al Mamaternya MUDI Mesra, Samalanga Bireun yang pada akhirnya tahun 2001 beliau resmi melanjutkan tradisi ayahandanya memimpin Dayah Babussalam Al Aziziyah.
Tu Sop adalah mutiara dari Aceh. Dakwahnya menyejukkan. Narasi yang dibangun selalu guyup, damai dan sarat dengan makna pilosofis. Setidaknya inilah yang saya tangkap sejak dua kali satu forum dengan Tu Sop. Ada percikan nilai-nilai Ilahiyah yang begitu kentara jika bertemu dengan beliau. Sosok sederhana, santun dan bersahaja.
Gerakan dakwahnya terukur. Lisannya sarat dengan kebaikan. Prilakunya terpuji. Gagasannya besar. Membaca pikirannya dan gerakan dakwahnya punya kemiripan dengan tokoh dunia, sebut saja Abdul al ~A`la Al-Maududi, pendiri Jama`at Islami, Pakistan, Nik Aziz, Kelantan, Hasan Al Banna, Mesir, Najmuddin Erbakan, Turki, Badi`uzzaman Sa`id Nuris, sosok ulama sufi, Turki.
Tu Sop memiliki jamaah ribuan diseluruh Aceh. Sirul Mubtadin, Barisan Muda Umat (BMU) menjadi jalan alternatif dakwahnya disamping Tastafi dan HUDA. Disamping itu pula chanel sosmed dijadikan sebagai gerakan dakwah milenial Tu Sop dengan timnya, Radio Yadara, Dayah Multimedia Chanel Youtube portal Tusop.com menjadi gerakan dakwah masif beliau dengan diksi yang guyup, damai dan menyejukkan. Tak pernah keluar lisan yang merhadik dalam setiap gerakan dakwahnya.
Tu Sop bagaikan mutiara yang hilang. Sosok insan yang cerdas, lugas dan santun. “Profertik Kenabian” dijalankannya dengan kelembutan. Beliau juga punya misi besar dalam mengerakkan perekonomian ummat, khususnya santri dayah, Air Mineral Yadara, menjadi produk lokal santri dayah. Saat saya mencoba mewawancarai salah seorang guru dayah beliau bilang Tu Sop sangat memuliakan guru dayah. Santrinya dan orang-orang yang mendapat sentuhan ruhiyah dari Tu Sop rata-rata punya ketenangan batin dan sejahtera. Guru di Dayah yang beliau pimpin sangat diperhatikan kesejahteraanya. Tu Sop punya tradisi yang hampir sama dengan KH Imam Jazuli, Lc, MA Pimpinan Pondok Pesantren Bina Insa Mulia Cirebon, Jawa Barat.
Gerakan dakwah Tu Sop sejatinya di tularkan dan dijadikan leksikon Alumni Dayah Aceh kedepan. Kita butuh sosok yang santun, guyup dan penuh kelembutan dalam menarasikan dakwah di kalangan milenial. Gerakan dakwah yang menghardik dan penuh caci maki sepertinya kurang tepat dimasa kini.
Sukses selalu gure rohaniawan kami. Saya bangga pada sosok yang satu ini. Walau bukan berasal dari nasab ideologi kedayahan yang sama, tapi kami punya kesamaan cita-cita, walau dalam leksikon yang berbeda.
Penulis adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh, gemar berpetualang dari satu dayah Penikmat program ILC dibawah komando Bung Karni Ilyas