Gemarnews.com, Banda Aceh - Dalam rangka memperingati hari disabilitas internasional yang jatuh pada 3 Desember, The Nanny Children Center (TNCC) yang merupakan pusat edukasi dan terapi anak istimewa menggelar webinar internasional tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pendidikan Aceh Drs. Rahmat Fitri HD, MPA.
Ketua Panitia Dellya Ariani, S.Sos, Jumat (04/12/2020) mengatakan kegiatan tersebut diikuti oleh 160 peserta. Diantaranya adalah orangtua dengan anak istimewa (berkebutuhan khusus), kepala SLB di provinsi Aceh, guru pendidikan khusus, guru umum, mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat umum.
Adapun pematerinya adalah Ketua Yayasan Rumah Kita Indonesia, DR.H.Dahlawi, M.Si, Direktur TNCC/Kepala SLB TNCC, DM. Ria Hidayati, S.Psi M.Ed, dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia, DR.Norfishah Mat Rabi dan dari University of Massachussets, Boston, USA, Annisa Susilo, M.Ed.
Dellya Ariani mengatakan tujuan kegiatan tersebut diantaranya untuk mengkaji peran dan kebijakan pemerintah dalam penanganan disabilitas serta berbagi informasi tentang penanganan disabilitas di Malaysia dan Amerika Serikat (negara bagian Boston).
“Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana dalam prakteknya pendidik disabilitas (orangtua dan guru) menjalin hubungan kerjasama yang harmonis untuk penanganan disabilitas yang lebih optimal,” kata Dellya Ariani.
Direktur TNCC/Kepala SLB TNCC, DM. Ria Hidayati, S.Psi M.Ed berharap dari kegiatan itu masyarakat memiliki paradigma positif terhadap disabilitas. Sehingga memberikan kesempatan bagi mereka untuk diterima dalam berbagai komunitas, mulai dari sekolah sampai pada lapangan kerja.
Ia menjelaskan adanya informasi tentang penanganan disabilitas di negara Malaysia dan Amerika Serikat seyogyanya menjadi alternatif ide untuk pengembangan program penanganan disabilitas di pemerintahan yang berpihak pada kaum disabilitas mulai dari regulasi, adanya bidang khusus di dinas pendidikan dan juga penglibatan stakeholders terkait penyediaan berbagai kebutuhan disabilitas secara fisik dan non fisik.
“Tentu saja program pembelajaran dan pemberdayaan disabilitas di beberapa negara tersebut menjadi masukan untuk kita di Indonesia khususnya di Aceh dalam menyusun regulasi program penanganan disabilitas. Secara teknis juga dapat merangsang pengembangan program pembelajaran di sekolah/rumah. Pemerintah juga diharapkan dapat meningkatkan upaya untuk pemberdayaan disabilitas di berbagai level masyarakat, sehingga berkurangnya diskriminasi akibat telah tersedianya peluang berkembang sama seperti orang pada umumnya,” kata DM. Ria Hidayati.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Aceh Drs. Rahmat Fitri HD, MPA dalam sambutannya mengatakan tanggal 3 Desember merupakan hari yang spesial dan khusus tentunya bagi anak-anak yang luar biasa/berkebutuhan khusus. Hal ini juga menjadi suatu ikhtiar dan refleksi bagi semuanya.
“Tentunya kita terus berikhtiar bersama, baik pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Selain itu juga satuan pendidikan tentunya mengihtiari apa kebutuhan dan apa yang ingin kita siapkan untuk anak kita itu, yang final goalsnya mewujudkan mereka bisa mandiri,” kata Rahmat Fitri.
Ia menambahkan semua warga bangsa sudah diatur dalam aturan untuk mendapatkan hal yang sama. Akses pendidikan tidak boleh tertutup dan terbatas. inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah bahwa akses pendidikan dapat dirasakan oleh setiap anak bangsa, khususnya yang di SLB.
“Kita sudah membahas tentang hal itu dan akan menginventarisir kembali kebutuhan-kebutuhan yang harus disiapkan. Dan secara bertahap akan segera kita wujudkan,” kata Rahmad Fitri. (M)