Pembelajaran Berdiferensiasi
Pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak - anak peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. (Ki Hadjar Dewantara).
Kita menyadari bahwa peserta didik yang hadir ke sekolah bukanlah berasal dari latar belakang yang sama. Mereka datang menghadirkan keberagaman yang unik dalam kelas pembelajaran. Saya yakin Anda juga sepakat bahwa, peserta didik dengan usia yang sama, belum tentu memiliki hobi yang sama. Bahkan peserta didik dengan kondisi fisik yang kembar identik, belum tentu memiliki gaya belajar yang sama. Sesuai kodratnya, setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Karakteristik minat bakat dan potensi yang berbeda pada peserta didik harus dikelola dengan baik untuk menjadi sebuah kompetensi yang baik.
Salah satu fenomena pembelajaran yang terjadi di lapangan adalah masih ada peserta didik dengan motivasi belajar internal yang rendah. Mereka hadir ke kelas bukan karena suatu panggilan atau dorongan dari dalam dirinya. Mereka melewati proses pembelajaran terkadang tidak sesuai dengan gaya belajarnya.
Misalnya mereka dengan gaya belajar kinestetik, harus ikut belajar dengan gaya visual ataupun auditori Ketika hal demikian terjadi, mereka frustasi terhadap pembelajaran dan akhirnya berdampak menurunnya motivasi belajar. Oleh karena itu, penting diketahui oleh guru dengan lebih baik lagi tentang keberagaman peserta didik sebelum melaksanakan pembelajaran. Kesiapan belajar (readiness), ketertarikan (interest) dan profil belajar (learning profile) peserta didik adalah data penting yang harus dimiliki dan dipahami guru. Data tersebut adalah modal penting untuk menciptakan pembelajaran yang merdeka atau berpihak pada murid.
Di dalam sebuah kelas seorang guru tentu sangat menyadari bahwa jumlah peserta didik tidaklah sedikit, dengan kondisi readiness, interest, dan learning profile yang diferensiasi. Kondisi ini tidak dapat dihindari, karena kita telah setuju bahwasanya perbedaan itu adalah suatu keniscayaan. Dengan kondisi keberagaman peserta didik, guru dituntut harus mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, yaitu pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik.
Dengan terciptanya pembelajaran yang berpihak pada murid, diyakini akan terwujudnya pembelajaran bermakna (meaningfull learning), dan pada akhirnya tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Untuk mewujudkan meaningfull learning, pembelajaran berdiferensiasi menjadi salah satu solusi untuk direncanakan dan diterapkan di kelas dan sekolah.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Tomlinson (2000).
Dalam merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus terlebih dahulu memetakan kebutuhan belajar setiap peserta didik. Menurut Tomlinson (2001), seorang guru dapat mengkategorikan kebutuhan belajar peserta didik, paling tidak berdasarkan 3 aspek yaitu kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik.
Kebutuhan belajar peserta didik
1. Readiness
Kesiapan belajar (readiness) merupakan kemampuan peserta didik untuk mempelajari suatu konten atau materi yang baru. Dalam sebuah pembelajaran, ketika seorang guru ingin melanjutkan pembahasan topik atau materi baru, perlu memetakan kesiapan belajar peserta didik. Kesiapan belajar peserta didik juga dapat diukur dengan melihat apakah peserta didik di kelas masih berada pada level belajar secara abstrak atau kongkrit. Dengan adanya pemetaan kesiapan belajar, akan sangat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru akan lebih mudah menyajikan materi pembelajaran, karena tingkat kesukaran materi dapat disesuaikan dengan tingkat tingkat kemampuan peserta didik.
2. Minat
Dalam merancang pembelajaran, seorang guru perlu mempertimbangkan minat bakat peserta didik. Apabila dalam pelaksanaan pembelajaran, guru mengakomodasi minat bakat peserta didik, tentunya akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Dengan sendirinya mereka akan tersadarkan bahwa antara sekolah dengan keinginannya ada kecocokan. Pada akhirnya peserta didik akan merasa bahwa belajar adalah suatu kebutuhan, dan mereka terpanggil untuk belajar dengan lebih baik lagi. Guru dapat melakukan pemetaan minat bakat peserta didik misalnya menyanyi, melukis, desain, membaca puisi, performance, menari, dan lainnya. Minat bakat ini berkaitan dengan produk atau karya yang dihasilkan peserta didik, dalam atau setelah proses pembelajaran.
3. Learning Profile
Profil belajar peserta didik menurut Tomlinson adalah pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain - lain. Dengan adanya pemetaan profil belajar, seorang guru akan berpeluang memberikan kesempatan belajar untuk peserta didiknya secara natural dan efisien. Setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Salah profil belajar peserta didik yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran adalah gaya belajar. Adapun gaya belajar peserta didik ada yang visual (belajar dengan melihat), auditori (belajar dengan mendengar), kinestetik (belajar dengan melakukan), maupun kombinasi dari gaya belajar tersebut. Proses pembelajaran yang didapatkan peserta didik, diharapkan sesuai dengan profil belajarnya, bukan profil belajar gurunya.
Kemudian bagaimana strategi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi di kelas? Untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah, guru dapat mengaplikasikan pendekatan – pendekatan pembelajaran diferensiasi. Adapun pendekatan pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan konten, pendekatan proses, dan pendekatan produk. Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, guru boleh menggunakan salah satu atau lebih dari ketiga pendekatan tersebut.
Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi
1) Pendekatan konten
Pendekatan konten berkaitan dengan apa yang akan dipahami atau dipelajari oleh peserta didik. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, yang dimaksud pendekatan konten adalah suatu pendekatan yang digunakan seorang guru dalam membantu peserta didik untuk memahami atau mempelajari sebuah topik atau materi pembelajaran sesuai dengan kesiapan belajarnya. Kesiapan belajar dapat berhubungan dengan tingkat kemampuan peserta didik dalam mempelajari suatu materi pembelajaran.
Apabila dalam satu kelas terdapat peserta didik antara 20 orang, kesiapan belajarnya tentu berbeda – beda. Setiap anak tersebut diharapkan mendapatkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan tingkat kesiapan belajarnya. Misalnya dalam pembelajaran geografi pada objektif materi menghitung skala sebuah peta, tujuan pembelajaran adalah peserta didik diharapkan dapat menghitung skala sebuah peta dengan tepat. Bagi peserta didik yang sudah mengerti tentang konten materi tersebut, tidak menjadi kendala, karena kesiapan belajarnya sudah siap. Sedangkan bagi peserta didik yang belum memahami konsep dasar peta, tentu menjadi sesuatu hal yang sulit untuk dapat mempelajari konten menghitung skala sebuah peta.
Dalam hal ini, seorang guru dapat melakukan penyesuaian pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kesiapan belajar peserta didiknya. Kesiapan belajar setiap peserta didik lebih baik dilakukan asesmen supaya data yang diperoleh akan lebih akurat.
2) Pendekatan proses
Pendekatan proses adalah bagaimana setiap peserta didik di kelas belajar untuk mempelajari suatu konten atau materi pembelajaran. Semua aktivitas pembelajaran baik dari awal, inti, dan penutup pembelajaran harus disesuaikan dengan cara profil belajar peserta didik. Salah satu profil belajar peserta didik yang umumnya kita ketahui dan digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah gaya belajar. Setiap peserta didik memilki gaya belajar yang tidak sama.
Ada peserta didik yang suka belajar dengan gaya visual, ada yang suka belajar dengan gaya auditori. Selain itu ada juga peserta didik yang lebih suka dengan gaya belajar kinestetik. Terkadang ada juga ditemukan peserta didik yang suka belajar dengan kombinasi dari ketiga gaya belajar tersebut. Apabila seorang peserta didik belajar dengan gaya yang disukainya, maka tidak akan menjadi beban baginya, karena sudah memiliki motivasi dari dalam dirinya sendiri. Demikian sebaliknya, motivasinya jadi menurun, apabila proses pembelajaran yang dilaluinya tidak sesuai dengan gaya belajarnya.
Salah satu bentuk penerapan pembelajaran berdirensiasi dengan pendekatan proses pada pembelajaran geografi. Terlebih dahulu guru geografi sudah mendapatkan data gaya belajar siswa sebaga berikut, yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Pada objektif materi simulasi bencana, peserta didik dengan gaya belajar visual dapat belajar dengan cara menonton video simulasi bencana, membaca bahan bacaan dari buku atau komik, membaca gambar atau poster simulasi bencana, mengamati rambu-rambu jalur evakuasi yang ada di sekolah. Untuk peserta didik dengan gaya belajar auditori, mereka dapat diskusi dalam sebuah kelompok saling menjelaskan topik materi, mendengar rekaman audio atau podcast simulasi bencana, atau menonton video simulasi bencana.
Sedangkan bagi peserta didik dengan gaya belajar kinestetik, peserta didik dapat melakukan wawancara ke tim evakuasi bencana sekolah, membuat rambu-rambu jalur evakuasi bencana di sekolah, mempraktikkan simulasi bencana atau melakukan permormance sumulasi bencana secara langsung.
3) Pendekatan produk
Produk pembelajaran adalah karya yang dihasilkan peserta didik dalam menyajikan sebuah konten atau materi pembelajaran. Untuk mendemonstrasikan materi pembelajaran yang dipahaminya, peserta didik diarahkan membuat sebuah produk atau karya. Dalam sebuah pembelajaran, diharapkan guru memfasilitasi peserta didik menghasilkan sebuah produk atau karya sesuai dengan kemampuan, minat dan bakatnya.
Misalnya pada pembelajaran geografi dengan objektif materi simulasi bencana, peserta didik diharapkan dapat menyajikan cara simulasi sebuah bencana dalam sebuah produk atau karya. Peserta didik dapat dapat diarahkan menghasilkan sebuah produk atau karya cara simulasi sebuah bencana misalnya berupa poster, sketsa evakuasi, lukisan, lirik lagu, teks puisi, teks narasi, komik, soal teka – teki, video simulasi, rekaman audio, podcast, permormance, dan lainnya.
Dalam menghasilkan produk tersebut, peserta didik bebas membuat karya sesuai dengan bakatnya. Misalnya mendesain digital, menyanyi, bermain drama, mendesain video, dan lainnya. Apabila peserta didik mendapatkan kesempatan mendemonstrasikan sebuah konten pembelajaran dalam sebuah produk sesuai dengan bakatnya, tentunya akan menjadi kesempatan baik dalam mengasah skill yang dimilikinya. Skill yang terasah dalam sebuah pembelajaran akan bermakna dan bermanfaat dalam kehidupannya sekarang dan saat dewasa nanti.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi tentunya memerlukan perencanaan dengan baik. Salah satu perencanaannya adalah guru harus melakukan pemetaan kebutuhan belajar peserta didik di kelasnya, baik readiness, minat, dan profil belajar.
Untuk memetakan kebutuhan belajar peserta didik tersebut, guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah dan wakil kepala kepala sekolah, orang tua peserta didik, dan lainnya. Cara memetakannya tentunya harus dilakukan asesmen terhadap peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajarannya, seorang guru tidak harus mengaplikasikan semua pendekatan pembelajaran berdiferensiasi sekaligus.
Guru dapat memilih salah satu ataupun melakukan kombinasi. Kemudian tidak berarti juga setiap pertemuan pembelajaran harus dilakukan pembelajaran yang berdiferensiasi. Guru dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan belajar peserta didik di sekolah masing - masing. Oleh karena itu penting mendapatkan data kebutuhan belajar peserta dididk yang akurat. Data kebutuhan belajar peserta didik adalah kunci melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik.
Pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan guru harapannya dapat menjadi salah satu solusi dalam menjwab permasalahan motivasi belajar peserta didik yang rendah. Dengan aksi pembelajaran berdiferesiasi, semoga pembelajaran yang dinikmati oleh peserta didik dapat menjadi meaningfull learning dan berpihak pada mereka. Dengan adanya pendekatan pembelajaran ini, peserta didik dapat merasakan pembelajaran yang merdeka.
Akhirnya kesempatan belajar yang mereka dapatkan adalah kesempatan emas mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk menjadi sebuah kompetensi. Dengan semakin baiknya kompetensi yang dimilikinya, maka keselamatan dan kebahagian yang setinggi – tingginya dapat dicapai dengan baik.
Penulis : Guru Penggerak dari Kabupaten Pidie, Aceh. Saat ini bekerja di SMA Sukma Bangsa Kabupaten Pidie