Gemarnews.com, Jakarta - Lima mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berhasil ciptakan alat monitoring dan pengontrolan suhu serta kelembaban rumah atau kumbung jamur.
Inovasi yang diciptakan mahasiswa UNY menjadi hal yang berguna untuk saat ini mengingat usaha budidaya jamur tiram sudah menjadi hal yang jamak di masyarakat.
Jamur tiram menjadi usaha budidaya karena banyak dijual di pasaran. Jamur ini mengandung banyak zat yang penting bagi tubuh, diantaranya serat, beta glucan, vitamin B, mineral, kalium, dan beberapa jenis karbohidrat. Selain itu, jamur tiram juga baik dikonsumsi karena bebas lemak, rendah kalori, dan bebas kolesterol.
Bantu Masyarakat yang Lakukan Budidaya Jamur
Kelima mahasiswa UNY yang berhasil ciptakan alat pengontrol suhu yakni Satya Adhiyaksa Ardy prodi teknologi informasi, Via Husna Mudiah prodi pendidikan teknik busana, Aisyattunnisai Tawakkal prodi pendidikan fisika, Nurul Kumara Fitriyani prodi fisika dan Tengku Khadijah Nurul Hanifah prodi kimia.
Inovasi ini didasari oleh penelitian pada salah satu budidaya jamur milik Toni Hidayat di Dusun Barepan, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY.
Usaha ini telah berdiri sejak bulan Januari 2010 dengan omset sekitar 7,2 juta per bulan. Dengan luas area 220 meter persegi, Toni menghasilkan rata-rata 20 kg jamur tiram per hari tergantung pada musim.
Pada musim hujan, hasil panen dapat mencapai angka 25 kg/hari sedangkan pada musim kemarau bisa turun hingga 15 kg/hari. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya gap antara hasil panen dengan kebutuhan pasar hingga mencapai angka 50%.
Pengaruh cuaca terhadap hasil panen disebabkan oleh tidak tercapainya keadaan optimum untuk pertumbuhan jamur tiram.
Usaha Jamur Hidayah milik Toni belum diukur suhu dan kelembabannya sehingga penyiraman yang dilakukan belum disesuaikan dengan kebutuhan jamur agar tumbuh optimum. Kontrol suhu dan kelembaban hanya dilakukan dengan menyiram kumbung jamur.
Memonitor Suhu dengan Aplikasi
Menurut salah satu tim mahasiswa UNY, Satya Adhiyaksa Ardy, pada saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0, di mana penggunaan teknologi informasi menjadi sangat penting untuk bersaing dengan dunia global.
Teknologi seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Human-Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing adalah teknologi utama yang menopang pembangunan industri 4.0.
"Aplikasi Telegram kami gunakan untuk memonitor suhu dan kelembaban kumbung karena jauh lebih murah dibandingkan dengan mengembangkan aplikasi sendiri dan tampilannya mudah digunakan oleh mitra" kata Satya seperti dikutip detikEdu dari laman resmi UNY.
Via Husna Mudiah menambahkan, sistem asisten cerdas ini memanfaatkan konsep IoT untuk melakukan transfer data suhu dan kelembaban pada kumbung jamur tiram dari aplikasi percakapan Telegram.
Selain itu, alat ini juga memanfaatkan AI berupa Logika Fuzzy yang digunakan untuk menentukan lama penyiraman optimal kumbung jamur oleh alat dengan mempertimbangkan suhu dan kelembaban pada kumbung jamur tiram.
Cara Kerja Alat
Lebih lanjut, anggota tim lainnya, Aisyattunnisai Tawakkal menjelaskan tentang alat yang terdiri dari node sensor dan kontroler utama.
"Kami menggunakan sensor suhu DHT11 yang diletakkan di 3 titik kumbung jamur" jelasnya.
Berikut cara kerja alat pengontrol suhunya:
1. Ketiga sensor yang ada akan mengirimkan data suhu dan kelembaban kumbung disetiap titik ke kontroler utama dan akan dirata-rata.
2. Data yang telah didapat kemudian digunakan untuk menentukan lama penyiraman yang dibutuhkan oleh kumbung jamur menggunakan kecerdasan buatan logika fuzzy.
3. Dengan hasil yang diperoleh dari logika fuzzy, kontroler utama akan menghidupkan pompa air bertekanan tinggi yang terhubung dengan pipa air yang telah dipasangi nozzle kabut/embun yang melintang diatas rak baglog jamur
4. Kipas angin akan hidup untuk menurunkan dan meratakan suhu serta kelembaban kumbung.
Alat ini dapat bekerja secara otomatis dan manual yang dapat diatur menggunakan aplikasi chatting telegram. Terdapat juga fitur terbaru yang disertakan website untuk visualisasi data suhu, kelembaban, dan data panen yang lebih baik.
Dengan alat ini, petani jamur dapat mengontrol alat dan mendapat notifikasi suhu dan kelembaban kumbung, kapan dilakukan penyiraman, dan melakukan input data panen melalui aplikasi percakapan telegram dengan bot pada smartphone mereka.
Atas inovasinya, karya mahasiswa UNY ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan IPTEK tahun 2021.
Inovasi ini juga sesuai dengan upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan dalam hal pendidikan bermutu dan kemitraan untuk mencapai tujuan. (detik.com)