GEMARNEWS.COM , BANDA ACEH - Sebuah laporan dari Stanford University, California, yang diterbitkan oleh Elsevier pada tanggal 19 Oktober 2021 merilis daftar nama‐nama peneliti yang masuk dalam Top 2% ilmuwan berpengaruh di dunia. Lebih dari 50 orang peneliti berasal dari berbagai universitas di Indonesia masuk terpilih dalam daftar tersebut.
Bila dibandingkan dengan negara tetangga dengan jumlah peneliti Malaysia masuk dalam daftar ilmuan top dunia sebanyak 549 orang, sedangkan Singapura lebih dari 1000 orang peneliti.
Dari laporan tersebut, setidaknya terdapat 5 nama yang merupakan putra asal Aceh, mereka adalah Teuku Meurah Indra Mahlia, Muslim Amin, Faisal Abnisa, Harapan dan Zainal Abidin Muchlisin. Dua diantaranya merupakan dosen di Universitas Syiah Kuala yaitu Harapan dari Fakultas Kedokteran dan Zainal Abidin Muchlisin yang merupakan guru besar (Profesor) dari Fakultas Kelautan dan Perikanan.
Teuku Meurah Indra Mahlia saat ini menetap di Sydney, Australia dan menjabat sebagai Distinguished Professor di University of Technology Sydney.
Muslim Amin adalah seorang Associate Professor di Taylor's University Malaysia yang berada di Kota Selangor, Malaysia. Sedangkan Faisal Abnisa, beliau saat ini menetap di Kota Jeddah, Saudi Arabia, dengan posisi akedimik sebagai Associate Professor di King Abdulaziz University.
Diantara para peneliti, nama Teuku Meurah Indra Mahlia adalah yang paling populer. Beliau telah lebih dulu terpilih sebagai Top 1% ilmuwan berpengaruh di dunia sejak tahun 2017 hingga saat ini.
Pada tahun 2017 tersebut, tidak ada satupun peneliti dari universitas di Indonesia yang berhasil masuk dalam kategori dengan klasifikasi tertinggi yang diberikan oleh Clarivate Analytics (Web of Science). Kepakarannya di berbagai bidang energi telahpun menjadikan beliau sebagai orang nomor satu di bidang Sustainable Energy (Engineering & Computer Science), sebagaimana dilaporkan oleh surat kabar asing The Australian pada tahun 2019.
Bidang energi juga ikut ditekuni oleh Faisal Abnisa, dimana fokus utama penelitiannya adalah biomass energy conversion, yaitu pengolahan limbah padat menjadi sumber energi terbarukan. Selain itu, Faisal juga tercatat sebagai ahli dalam bidang thermal & catalytic cracking untuk proses pemurnian bahan bakar minyak.
Tiga peneliti lain masing‐masing memiliki keahlian ilmu yang berbeda yaitu manajemen & pemasaran, perikanan dan ahli penyakit infeksi. Muslim Amin adalah seorang ahli di bidang pemasaran (marketing), yang meliputi services management, quality and operations management.
Disamping itu, Muslim juga memiliki kepakaran di dalam sistem perbankan islam dan juga tourism management. Selanjutnya, bidang perikanan merupakan keahlian yang dimiliki oleh Muchlisin, yang merupakan Presiden Asian Society of Ichthyologist (Persatuan Ahli Ikan Asia) di tahun 2019. Muchlisin disamping meneliti dan mengajar sebagai dosen, beliau saat ini juga menjabat sebagai Dekan di Fakultas Kelautan dan Perikanan di Universitas Syiah Kuala. Peneliti terakhir adalah peneliti muda yang bernama Harapan.
Beliau merupakan seorang peneliti yang saat ini memiliki reputasi tertinggi di Universitas Syiah Kuala. Fokus penelitiannya adalah kajian terhadap virus corona Covid‐19 dan juga penyakit infeksi lainnya.
Peneliti Harapan merupakan suatu kebanggan bahwa Aceh juga memiliki seorang peneliti virus Covid‐19 yang menjadi rujukan dunia, dimana kepakaran dan keilmuwan beliau sangat dibutuhkan saat ini.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa selain nama diatas, masih ada peneliti lain asal Aceh yang berada di luar negeri yang mungkin belum terekspos.
Kiprah ke 5 peneliti asal Aceh telah terbukti secara internasional melalui banyaknya hasil penelitian mereka yang menjadi sumber rujukan ilmuwan lain di berbagai belahan dunia. Memiliki peneliti berkelas dunia bukanlah hanya untuk mengharumkan nama Aceh di dunia, namun juga sebagai aset berharga yang perlu dipertimbangkan oleh pemangku kepentingan untuk diajak berkontribusi secara nyata di dalam pembangunan Aceh ke depan. ( *)