Gemarnews.com, Banda Aceh - Pelajar Muhammadiyah (IPM), merupakan organisasi pelajar yang terus berusaha membuktikan komitmen diri, sebagai remaja pembelajar yang berkemajuan.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah, secara organisasi, gerakan, dan perkaderan, terus memperlihatkan tren lebih baik dan maju. Musyawarah Wilayah IPM (Muswil) ke XX pada 23 Desember 2021 di Banda Aceh sebagai ajang reorganisasi sekaligus perkaderan. Menjadi tonggak sejarah untuk mengawali kepemimpian periode yang akan datang.
Perjalanan satu periode kemarin, tentunya IPM Aceh belajar banyak untuk menulis sejarah baru dalam berorganisasi. Sejarah inilah, yang menjadi pijakan untuk merumuskan program IPM Aceh ke depan.
Menurut Ipmawan Rizki Maulizar sejarah telah menunjukkan, tiap-tiap bangsa yang menempuh ujian yang sakit dan pedih, tapi tidak putus bergiat menentang marabahaya, berpeluh, bahkan beratus tahun lamanya, pada suatu masa akan mencapai satu tingkat berkebudayaan yang sanggup memberikan penerangan yang luar biasa.
Muswil IPM Aceh yang ke XX ini dengan mengangkat Tema; "Pertajam Mata Pena, Goreskan Karya Nyata
Tema yang tak lazim, namun ada pesan keilmuan yang luas biasa kita ingin dihadirkan oleh IPM Provinsi Aceh Selain itu, tema ini juga mencoba mengangkat kekuatan dan kearifan lokal untuk membuka serta mendedah paradigma kader.
Pesan yang bisa kita tangkap dari tema ini, bahwa IPM Aceh mampu menjadi rumah besar bagi keberagaman karya pelajar. Menjadi platform gerakan yang tidak hanya berhenti pada wacana dan retorika.
Tentu, ini bukan pekerjaan mudah. Butuh nahkoda yang mampu medesain program sekaligus memadukannya dengan gerakan. Maka, forum Muswil yang menjadi permusyawaratan tertinggi di level provinsi ini, tidak boleh menghadirkan kepentingan sesaat serta kepentingan sekelompok kader saja. Melainkan, forum semua pelajar untuk mendesain hadirnya tauladan teman sebaya, kader IPM Se Aceh yang merdeka dalam gerakan, unggul dalam perkaderan, serta maju dalam keilmuan.
Dengan modal sosial dan kultural, IPM punya basis lebih 50 unit sekolah menengah atas, dan punyaa 83 SMP, dengan total lebih ratusan jumlah pelajar aktif, dimana semua tercatat sebagai anggota IPM Aceh Semestinya, karya-karya kreatif dan inovasi kalangan pelajar, mudah didapat. Hal itu sebagai indikator nyata adanya ketangguhan gerakan, keilmuan dan juga perkaderan. Wujud pelajar yang tertib ibadah, tertib belajar, dan tertib berorganisasi, yang menjadi bagian dari ideologi ber-IPM, harus terus disuarakan sebagai ejawantah kesuksesan perkaderan.
Kepemimpinan IPM ke depan, tentunya juga harus mampu serta berani berpacu dengan kecanggihan tekhnologi. Setidaknya media sosial telah menjadi basis dakwah dan gerakan selama ini. Literasi menjadi hal yang pokok, mampu membaca serta menulis secara harfiah namun juga mampu membaca dan menulis secara hakikat. Maka, pengurus di level pimpinan wilayah harus mampu menghadirkan keteladanan dalam berfikir dan bergerak
Politik pelajar, yang ini juga harus dipertimbangkan ke depan. Sebagai organisasi pelajaran dan perkaderan tidak akan terlepas dari dinamikan dan hiruk pikuk dunia politik. Baik itu dari internal maupun dari eksteral. Internal akan hadir dari kalangan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM).
Tentunya IPM harus juga hadir dalam pergulatan AMM di Aceh dengan segala dinamika dan kehidupannya. Selain itu, politik pelajar eksternal dengan beberapa issu keterpelajaran, juga akan menguras dan menantang strategi politik nilai IPM sebagai orangisasi berkemajuan dan berkeadaban.
Sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang didaulat berfungsi sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah. Tentunya, IPM tidak akan meninggalakan rumah besar persyarikatan dengan tidak terpenjara dan terbeleneggu dalam gerakan.
Oleh karenanya, dalam hal ini IPM Aceh juga harus berani untuk memberi kritik, saran dalam bentuk lisan maupun tulisan kepada Muhammadiyah dalam rangka mengingatkan dan menguatkan sekolah Muhammadiyah sebagai basis perkaderan.
Selamat Melaksanakan Musyawarah Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Aceh Ke XX. []