Gemarnews.com, Sumbar - Densus 88 Antiteror Polri di wilayah Sumatera Barat (Sumbar) menangkap sebanyak 16 terduga teroris di Sumatara Barat. Rinciannya, 12 terduga teroris ditangkap di wilayah Kabupaten Dharmasraya dan empat tersangka lainnya di wilayah Kabupaten Tanah Datar.
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengatakan bahwa sumber ideologi radikalisme adalah NII dan Salafi Wahabi, bahkan bisa disebut adalah Ibu kandungnya.
Ken menyebut hampir semua pelaku terorisme mayoritas latar belakangnya adalah NII dan Salafi Wahabi.
Ken berharap seluruh Gubernur di Indonesia mencontoh Provinsi Aceh yang melarang ajaran Salafi Wahabi.
Aceh saja yang sudah menerapkan syariat Islam itu menolak dan melarang paham dan ajaran Salafi Wahabi disana, kalau seluruh Provinsi di Indonesia di lakukan serupa paling tidak gerakan mereka tidak bisa berkembang walaupun dengan sembunyi sembunyi.
Ibarat pohon jika akarnya dicabut maka pohon itunakan layu, tapi bila akarnya dibiarkan maka pohon itu akan berbuah setiap musim.
Apalagi saat ini yang terpapar ajaran NII dan Salafi Wahabi bukan hanya masyarakat biasa, tapi banyak aparat pemerintan (ASN) dan TNI POLRI juga banyak yang terpapar.
Di kalangan Polisi saja di medsos simpatisan atau pengikut mereka sudah sekitar 175.000 lebih, namanya dulu Polri Cinta Sunnah (PCS) , dan kini berganti menjadi Pembelajar Cinta Sunnah.
Konten Foto foto Polisi yang celana cingkrang, gamis dan berjenggot pun kini banyak dihapus karena banyak di kritik oleh masyarakat.
Kelihatan ibadahnya rajin, tapi dikit dikit memvonis yang berbeda dengan sebutan bid'ah, syirik, haram dan lain sebagainya.
Menyanyi Indonesia Raya saja katanya haram, tapi Polisi yang sudah bergabung dalam PCS biasanya setelah menyanyi mengucap istighfar karena telah melakukan dosa dalam agam yaitu menyanyi.
Dalam sejarah kelompok radikal dibelahan dunia, mereka memang selalu infiltrasi di dalam tubuh aparat dengan sangat cantik, sehingga banyak aparat yang tertarik dan bergabung kesana.
Kalau aparat saja yang punya jiwa nasionalis sangat tinggi saja bisa direkrut apalagi masyarakat biasa yang minim dengan pemahaman agama tentunya lebih mudah di rekrut kedalam kelompok rasikalisme yang mengatasnamakan agama. Tutup Ken. (*)
Sumber : hwmi.or.id