Gemarnews.com, Aceh Timur - Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Aceh untuk lebih memaknai kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu hingga mampu memberikan manfaat besar terutama di bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat setempat.
Hal itu disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dyah Erti Idawati,saat mengunjungi desa keude Blang, kecamatan Idi Rayeuk kabupaten Aceh Timur.Kamis (3/3).Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua I TP PKK Aceh Dr. Dyah Erti Idawati. Mt., Ketua PKK Aceh Timur Hj. Fitriani D. Hasballah, S.H, M.H, Camat Idi Rayeuk Hasbi SE. MM, Danramil 05/Idr yang diwakili Serda Heru, Direktur Poltekkes Aceh Tgk. Iskandar Faisal, Ketua Prodi D3 Keperawatan Aceh utara Andah Syahputra, Keuchik Keude Blang Tgk. Muhammad Yusuf Usman, Pengurus PKK, Mahasiswa /i KKL serta Masyarakat .
“Kegiatan ini kami pandang sangat bermanfaat karena akan menambah wawasan dan pengetahuan serta membantu peningkatan pembangunan kesehatan bagi masyarakat gampong. Jadi, KKL ini jangan hanya dimaknai sebagai formalitas demi memenuhi syarat kelulusan semata, tapi berikan yang terbaik bagi masyarakat, terutama dalam pencegahan stunting,” ujar Dyah.Jumat (4/3/2022).
Dyah menekankan, pencegahan masalah kekurangan gizi kronis atau stunting bagi anak sangat penting dilakukan, karena stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak anak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis.
Bahkan, lanjut Dyah, stunting juga bisa mengakibatkan kematian bayi dan anak. Berangkat dari permasalahan itu, Pemerintah Aceh mengeluarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 14 Tahun 2019, tentang pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi di Aceh.
Dyah menuturkan, sebelumnya, Aceh sempat menduduki provinsi dengan angka prevalensi stunting tinggi. Namun, seiring dengan intervensi pencegahan stunting secara terintegrasi yang dicanangkan Pemerintah Aceh, salah satunya “Gerakan Geunting”, tercatat angka stanting di Aceh turun secara signifikan pada tahun 2021.
“Stunting harus dicegah sedini mungkin. Apalagi kita (Indonesia) akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 mendatang. Di mana usia penduduk 70 persen berusia 15 hingga 64 tahun, atau berada dalam masa produktif,” ungkap Dyah.
Tapi, jika bonus demografi tidak dipersiapkan sedari dini, maka akan menjadi sebuah kemunduran, dikarenakan generasi stunting di Indonesia khususnya Aceh masih tetap tinggi.
Maka dari itu, permasalahan stunting merupakan isu besar dan sudah sepatutnya diwaspadai.
Selain itu, upaya pencegahan stunting, kata Dyah, tidak bisa hanya ditangani sepihak, melainkan membutuhkan kolaborasi dari semua pihak. Karena berbicara stunting tidak hanya terkait urusan penanganan gizi dan kesehatan, tetapi juga bersangkutpaut dengan masalah sanitasi, pola pengasuhan anak, ketersediaan dan keamanan pangan, pendidikan, kemiskinan, serta politik.
“Penanganannya harus dilakukan secara terus menerus dan terintegrasi melalui berbagai kebijakan, kampanye dan sosialisasi. Maka dari itu, selaku pihak yang terlibat aktif dalam penanganan stunting di Aceh, kami juga mengajak Poltekkes Kemenkes Aceh ikut mengambil peran dalam menuntaskan segala permasalahan berkaitan stunting melalui kegiatan KKL Terpadu.
Pada kesempatan sama, Ketua PKK Aceh, juga mendeklarasikan “Mahasiswa Penting (Peduli Stunting)”.Dyah, berharap melalui momentum KKL Terpadu mahasiswa yang akan turun langsung ke masyarakat, nantinya dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat di setiap gampong terkait stunting dan penanganannya.
Sementara itu, Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Aceh, T Iskandar Faisal, mengharapkan melalui 1005 mahasiswa mereka yang akan turun ke masyarakat langsung akan memberikan daya ungkit bagi dunia kesehatan di Aceh, khususnya dalam menurunkan angka stunting, demi mewujudkan generasi yang berkualitas.(Ddi/Zoel).