Penulis: Rahilla Fanny
OPINI - Mahasiswa, tidak jauh dari kata belajar, berusaha hidup mandiri, dan berpetualang. Kata berpetualang, bukan berarti setiap mahasiswa pasti terjun dalam hutan belantara demi mencari pesan hidup. Akan tetapi, dikarenakan mahasiswa, kebanyakan, memilih merantau ke tanah kelahiran orang lain. Semasa tinggal disana, tak jarang pula, cerita-cerita dan jalan hidup lebih menantang dihadapi. Mulai dari merasa asing, mengharuskan bersosialisasi dengan baik, mengatur keuangan sebaik mungkin, menjaga kesehatan, hingga mempersiapkan mental karena jauh dari keluarga.
Tujuan merantau tak lain adalah untuk mengemban ilmu. Khususnya Indonesia, banyak mahasiswa yang merantau ke berbeda pulau, namun tak jarang pula memilih mencari ilmu di luar negeri, seperti Malaysia, Taiwan, Jepang, Belanda, dan Kanada. Tantangan kehidupan yang diterima oleh mahasiwa dalam negeri dan luar negeri berbeda. Lebih menantang kehidupan di luar negeri, karena tinggal di kehidupan yang sangat amat berbeda dengan Indonesia. Dari segi peraturan, jika di dalam negeri, setiap daerah memberlakukan peraturan yang sama, kecuali terdapat aturan khusus yang hanya berlaku di daerah tertentu. Juga, penyesuaian suasana, tidak terlalu ekstrem. Hal ini memudahkan mereka beradaptasi dengan lingkungan baru di Indonesia. Tak perlu kesiapan mental lebih. Berbeda ketika pindah ke luar negeri, peraturan yang diterapkan berbeda, yang mungkin terkadang beberapa peraturan sangat berbeda dengan Indonesia. Seperti di Jepang terdapat empat musim, dimana terdapat musim dingin, musim ekstrem. Bagaimana tidak? Pada iklim ini mengharuskan mengenakan pakaian berlapis-lapis. Hal ini tidak biasa dilakukan oleh warga Indonesia.
Hal ini juga dirasakan oleh mahasiswa asing yang berkuliah di Indonesia. Meski sebagian besar menunjukkan wajah ceria, namun rasa kurang nyaman dan kesulitan beradaptasi pasti dirasakan sebagian mahasiswa asing ini. Memang, sebagian dari mereka mengatakan alasan berkuliah di Indonesia karena harga yang terjangkau lebih murah daripada negara asal. Akan tetapi, tak jarang, sebagian mereka, juga, tidak merasa nyaman akan cita rasa orang Indonesia, rasa makanan Indonesia yang tidak sama dengan lidah mereka. Mungkin ini berlaku hanya bagi mahasiswa asing dari Eropa dan Amerika. Bagi mahasiswa Asia, rasa Indonesia masih bisa memuaskan lidah mereka.
Indonesia terdiri dari beberapa pulau, banyak provinsi, dan ribuan kota. Diantara area-area di Indonesia, terdapat beberapa area yang dikunjungi banyak masyarakat asing. Sebagian besar, tujuan para mancanegara berkunjung ke Indonesia berkeperluan traveling, bisnis, dan melanjutkan studi. Dalam tulisan ini, akan berfokus pada salah satu kota pelajar, dambaan hampir setiap mahasiswa Indonesia. Yogyakarta. Siapa si yang tidak mengenal Yogyakarta? Terkenal akan gudeg, sebagai makanan khas. Setiap pendatang wajib merasakan makanan tersebut. Kota pelajar. Kehidupan mahasiswa, kehidupan belajar di kota ini sangat hidup. Gaya hidup juga tidak terbilang tinggi, bahkan sedang. Kualitas pendidikan disini juga tidak diragukan lagi. Banyak orang tua memilih untuk melanjutkan perkuliahan anak-anaknya ke Yogyakarta.
Minat akan belajar pada kota pelajar ini juga dirasakan dan dimiliki oleh warga asing. Sehingga tak jarang, banyak sekali paras mancanegara hadir di tengah kota ini. Memang, sebagian dari mereka tidak hanya mengemban ilmu, sebagian bahkan bekerja, memilih untuk tinggal, dan berkeluarga disana. Bagi yang mengemban ilmu, kebanyakan, mereka berpergian dan tinggal sendiri di Indonesia, tanpa kerabat dari negara asal mereka. Keberanian ini mereka tanamkan demi meraih ilmu yang diinginkan.
Jika berbicara warga asing, mancanegara, mindset akan langsung tertuju pada minoritas. Kaum yang berjumlah lebih kecil daripada lainnya. Minoritas, biasanya, rentan dengan bully-an, perlakuan tidak baik, ditindas, bahkan, mungkin, dimanfaatkan. Akan tetapi, mahasiswa mancanegara di kota Yogyakarta, memiliki keamanan dalam menjalani kehidupan. Bagaimana tidak? Warga Yogyakarta ternyata sangat terbuka akan mahasiswa asing yang melanjutkan studi disana. Mereka sangat menerima akan kedatangan para mahasiswa asing. Tak jarang, beberapa diantara mereka sudah menganggapnya seperti keluarganya sendiri.
Fasilitas kampus juga terpenuhi dengan baik. Maksudnya, tidak ada pengecualian fasilitas bagi mahasiswa asing, seperti larangan peminjaman buku di perpustakaan atau tidak menerima layanan beasiswa. Layanan seperti perpustakaan, administrasi, dan perkuliahan, fasilitas penting di dunia kampus, dapat diterima dan dirasakan dengan baik. Dalam pelayanan perpustakaan kampus, tidak ada larangan bagi mahasiswa asing untuk meminjam buku atau tidak menerima pelayanan kurang baik, bagi yang sudah terdaftar sebagai mahasiswa di kampus yang dimaksud. Juga, ketika mahasiswa asing memiliki masalah dalam peminjaman buku atau kesulitan mencari jurnal yang dimaksud, para pegawai perpustakaan dengan sigap membantu memecahkan masalah yang sedang dialami. Adapun layanan administrasi, mau mahasiswa asing atau tidak, atas nama mahasiswa kampus yang dimaksud, tetap, berhak menerima pelayanan terbaik. Begitu juga perkuliahan, tiap mereka, bahkan, menerima fasilitas yang cukup mumpuni.
Seperti Universitas Gadjah Mada, merupakan unversitas negeri tertua di Indonesia. Mahasiswa asing yang berkuliah disini tetap diberi keamanan dalam perkuliahan. Mahasiswa dalam negeri juga merangkul seakan mereka juga warga Indonesia. Bahkan sering kali, mahasiswa dalam negeri membantu membenarkan bahasa Indonesia yang digunakan. Disini pula, bagi mahasiswa asing dilakukan kegiatan rutin, 2-3 kali per tahun. Kegiatan ini dilakukan bagi mahasiswa asing yang baru dan lama. Tak lain, alasan dilakukan kegiatan ini untuk mempererat kedekatan antar mereka, sehingga timbul di benak mereka bahwa masih punya keluarga dan sahabat dekat.
Pada salah satu universitas Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, terdapat komunitas mahasiswa Thailand. Mereka terlihat aktif dengan mengikuti berbagai lomba yang disajikan. Tak jarang dari mereka, membawa pulang kejuaraan tertinggi setelah bersaing dengan para mahasiswa lain. Semangat belajar mereka juga tak kalah, bahkan lebih tinggi dari mahasiswa dalam negeri. Juga, IPK yang diraih tak kalah hebat dengan mahasiswa dalam negeri. Hal ini menjadi bukti bahwa mahasiswa asing pun diberi hak untuk aktif dalam bidang non-akademik dan akademik.
Dalam uin-suka.ac.id, pada tahun 2019, mahasiswa asing disambut dengan mengikuti outbond pada hari kedua. Dimana tiap mahasiswa berangkat dengan berjajaran 2 banjar. Perjalanan ini melewati perkebunan salak. Hal ini menunjukkan akan aktivitas seperti bermain bersama, tetap dilakukan bagi mahasiswa asing. Penyambutan yang fun, membuat mahasiswa asing merasa disambut dengan senang hati. Disini, menunjukkan akan kenyamanan dan kesetaraan aktivitas yang diterima oleh mereka.
Salah satu kampus swasta yang menjadi incaran setiap tahunnya, Universitas Islam Indonesia, dalam menjaga kualitas belajar bagi mahasiswa asing, kampus ini menyediakan beasiswa pembelajaran bahasa Indonesia bagi mahasiswa luar negeri. Dalam pembelajaran tersebut, mereka juga dibimbing dan diperhatikan dengan baik, sehingga dapat dipraktekkan dengan baik. Pemberian beasiswa ini, tak lain adalah sebagai bukti dari UII akan perhatian terbaik bagi mahasiswa asing dan memberi layanan beasiswa seperti yang dirasakan mahasiswa dalam negeri juga. Kampus ini, juga menyediakan beasiswa lain yang bisa dirasakan oleh mahasiswa asing.
Di Indonesia, khususnya Yogykarta, mahasiswa asing dan mahasiswa dalam negeri tetap mendapat pelayanan yang sama. Tidak ada perbedaan antara keduanya, pelayanan yang bersifat diskriminasi, bahkan, dihindari. Manusia, bukan hanya warga lokal, tetapi siapa saja yang berstatus manusia, maka berhak diperlakukan dengan baik.