Oleh: Fathayatul Husna
Opini - Indonesia memang sangat dikenal dengan keberagaman yang ada di dalamnya. Sudah menjadi sebuah nilai khas saat Indonesia diperkenalkan ke manca negara. Indonesia tidak hanya dikenal dengan kehebatan dan keindahan alamnya serta tempat wisataya, tetapi juga dikenal dengan beragamnya suku, budaya, cerita, etnis, ras dan agamanya.
Indonesia juga dikenal sangat unik. Hal ini dikarenakan setiap warga Indonesia memiliki kebiasaan mempercayai keyakinan yang berbeda-beda. Tentu, dengan segala jenis ritual yang juga berbeda-beda.
Beberapa hari belakangan ini, Indonesia menjadi tuan rumah dalam pertandingan Moto GP. Pertandingan ini dilaksanakan di Mandalika dan dihadiri oleh pembalap-pembalap kelas dunia.
Menjadi tuan rumah pertandingan Moto GP kelas dunia, artinya Indonesia memiliki peluang untuk dikenal dengan gemilang di kancah internasional. Salah satu yang menjadi peluang besar adalah dengan mempromosikan alam wisata Indonesia ke manca negara secara global. Hal ini tentu akan meningkatkan perekonomian negara dan membanggakan kualitas produk lokal Indonesia.
Dalam pertandingan Moto GP di Mandalika tidak hanya menyita perhatian para penontonan akan kehebatan para pembalap dan kemegahan lokasi pertandingan. Di momen ini, juga berlangsung sebuah keunikan yang dinilai unik dari Indonesia.
Ketika akan dimulai pertandingan, ternyata hujan turun sangat deras dan dikhawatirkan akan menghalangi berlangsungnya pertandingan. Di samping itu, hadirlah seorang pawang hujan yang disebut dapat mengontrol hujan dan memberhentikan hujan sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.
Atas atraksi yang dilakukannya sontak mendapatkan perhatian dari berbagai penonton, masyarakat Indonesia dan dunia, serta perhatian para pembalap.
Seorang pawang hujan ini bernama Rara dan ia disebut sangat berjasa pada pertandingan dunia Moto GP Mandalika.
Sebagai seorang pawang hujan, Rara mengaku memiliki persiapan yang sangat matang sebelum melakukan ritualnya. Baru-baru ini ia mendapat undangan di podcast Deddy Corbuzier.
Dalam podcast tersebut ia menjelaskan perlu adanya perlengkapan unik yang dibutuhkan saat mengendalikan cuaca.
Misalnya, Rara membawa cawan emas asal Tibet, cabai, bawang yang ditusuk ke tanah dan dupa. Perlengkapan ini ia adopsi dari budaya Kejawen.
Ia menyebutkan bahwa perlengkapan-perlengkapan ini akan memudahkannya untuk berinteraksi dengan alam. Ia juga mengaku sebelum beratraksi dalam ritualnya mengendalikan cuaca, ia tidak boleh melakukan hubungan seksual dengan pasangannya.
Alasan ini dilakukan agar ia lebih menyatu dengan alam dan berkomunikasi secara intens dengan alam. Saat ritual dilakukan, ia juga tidak menggunakan alas kali agar ia sangat menyatu dengan alam dan tidak boleh ada gangguan sedikit pun dari sekitarnya karena akan menghancurkan rencananya.
Dalam melakukan ritual saat mengontrol cuaca, seperti memanggil matahari atau hujan, ia mengaku dibantu oleh roh leluhur seperti para dewa dan dewi.
Melihat segala bentuk ritual dan perlengkapan yang disiapkan menandakan bahwa ternyata Indonesia menyimpan cerita yang sangat ragam dan unik.
Seperti halnya keunikan dari ritual yang Rara lakukan yaitu menjadi pawang hujan. Ritual yang dilakukan mengadopsi budaya dan kebiasaan leluhur. Dalam sudut pandang sosial ini bisa dikatakan sebagai keunikan dan tidak biasa ditemui di daerah dan negara lain.
Namun, bagaimana penilaian atas dasar konsep agama?
Indonesia mayoritas dihuni oleh pendduk yang beragama Islam. Dominan ini menunjukkan bahwa Islam menjadi agama terkuat di Indonesia.
Ritual yang diakukan oleh Rara saat menjadi pawang hujan ternyata menyita banyak sekali perhatian dari kalngan Muslim, terlebih dari para ustadz dan kyai. Ustad Abduh Somad dalam ceramahnya menyampaikan bahwa adanya ritual-ritual seperti pawang hujan dikhawatirkan akan menjadi syirik (menyekutukan Allah).
Hal tersebut dianggap tidak sesuai dengan kaidah dan ajaran Islam. Di sisi lain, Buya Yahya juga menjelaskan hal yang sama. Namun, menurutnya ada cara lain yang dapat dilakukan untuk meminta hujan, yaitu dengan cara meminta langsung kepada Allah melalui doa.
Menurutnya, dengan cara berdoa bersama dengan orang-orang yang sholeh adalah cara terbaik untuk meminta hujan sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini tentu sangat disenangi Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan lainnya.
Tidak berhenti sampai di situ, Ustad Adi Hidayat juga memberikan cara lain untuk mengontrol hujan. Beliau menjelaskan bahwa dalam sebuah hadits diceritakan ada seseorang yang meminta Rasulullah SAW.
untuk memalingkan hujan ke tempat lain, sehingga hujannya berhenti. Kemudian, Rasulullah SAW. memohon kepada Allah dan Allah akan mengabulkannya. Ustad Adi Hidayat menegaskan bahwa sebagai seorang Muslim perlu adanya keyakinan yang kuat dalam diri untuk selalu meminta kepada Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan lainnya. hal ini menjadi landasan utama bagi setiap Muslim untuk yakin atas apa yang Allah kehendaki.
Melihat adanya ragam kepercayaan ini, artinya Indonesia menampung segala jenis perbedaan yang ada. Atraksi ritual pawang hujan adalah sebagai salah satu contoh bahwa perbedaan ada di Indonesia.
Selain itu, praktik mengontrol cuaca juga penuh dengan ragam cara-cara yang ditawarkan. Sebagai Muslim seharusnya lebih percaya dan kuat pada ajaran Islam. Terlebih, telah disampaikan secara konkrit oleh para ustadz dan ustadzah sebagai pemimbing ajaran Islam.
Hal ini diharapkan tidak hanya diketahui sebatas ilmu, tetapi juga diamalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis adalah pegiat media sosial yang sangat tertarik dengan isu-isu sosial, salah satunya adalah isu keberagaman di Aceh. Oleh karena itu, penulis tertarik menulis tulisan ini setelah melihat dan membaca beberapa karya dari Laboratorium Pengembangan Sosial Keagamaan (LABPSA). Penulis dapat dihubungi melalui kontak fathayatulhusna@gmail.com.