Gemarnews.com, Internasional - Perusahaan agrikultur terbesar Jerman, BayWa mengeluhkan belum ada gandum yang datang dari Ukraina dan Rusia. Mereka menyebut Rusia masih menghalangi ekspor gandum tersebut.
“Tidak ada (gandum) diekspor dari pelabuhan Ukraina saat ini – tidak ada yang meninggalkan negara itu sama sekali,” kata Jrg-Simon Immerz, kepala perdagangan bagian biji-bijian di BayWa kepada kantor berita Jerman dpa.
Peryataan senada datang dari Otoritas Maritim Panama. Mereka menyebut Angkatan Laut Rusia mencegah 200-300 kapal meninggalkan Laut Hitam. Kebanyakan dari kapal itu mengangkut gandum. Hal itu disampaikan pada hari Rabu (16/03/2022) lalu.
Adapun alasan Rusia melakukan pemblokiran kapal-kapal tersebut kareana kemungkian potensi risiko tinggi ranjau, yang diklaim Rusia telah dipasang oleh Angkatan Laut Ukraina.
Hingga saat ini gandum dari Ukraina dan Rusia, yang merupakan bagian penting dari pasokan pangan dunia.
Sementara tiga kapal berbendera Panama telah diserang Rusia sejak invasi ke Ukraina dimulai pada tanggal 24 Februari lalu, kata Noriel Arauz, administrator Otoritas Maritim Panama. Dalam penyerangan itu, satu kapal tenggelam dan dua lainnya rusak namun tidak ada korban jiwa.
Surat kabar Inggris The Guardian melansir adanya beberapa kapal lain juga telah diserang sejak invasi dimulai, termasuk dari Bangladesh dan Estonia, yang menyebabkan satu orang tewas.
Kekhawatiran lain muncul terkait ketahanan pangan dunia yakni berapa banyak gandum yang dapat diproduksi Ukraina dalam situasi konflik. Terlebih dengan adanya ancaman Rusia yang akan membalas sanksi Barat, yang telah melumpuhkan ekonomi Ukraina dengan mencegat kapal-kapal pembawa gandung meninggalkan pelabuhanUkraina.
Moskow diperkirakan melakukan pembatasan ekspor gandum dan pupuk dari Ukraina dan Rusia dalam upaya membalas sanksi barat. Tindakan ini berdampak langsung dan memiliki konsekuensi lebih lanjut bagi pasokan pangan dunia dan inflasi harga pangan.
Hingga saat ini Rusia memproduksi hampir 80 juta ton gandum per tahun dan mengekspor hampir 30 juta ton, sementara Ukraina mengekspor sekitar 20 hingga 25 juta ton gandum per tahun.
Immerz dari BayWa khawatir jika perang berlanjut akan berpengaruh pada musim panen.
“Gandum disemai di musim gugur dan sekarang saatnya perlu diberi pupuk,” kata Immerz. “Jagung bahkan belum ditaburkan, dan jika itu tidak bisa ditaburkan, tentu saja, tidak akan ada panen.”
Sumber: Jernih.co