Notification

×

Iklan ok

Its Ok Not To Be Ok : Gangguan Mental Bukanlah Kegagalan Pribadi

Senin, 25 April 2022 | 20.58 WIB Last Updated 2022-04-25T13:58:24Z

ilustrasi

Oleh : Helma Winda
Mahasiswi Pascasarjana Jurusan Psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Opini - Terkadang kita kerap sekali menjawab baik-baik saja ketika ditanya kabar oleh seseorang ketika bertemu. Padahal sebenarnya keadaan kita sedang tidak baik-baik saja. Tetapi,karena takut dianggap lemah dan tidak mampu, kata baik-baik saja menjadi senjata wajib untuk menggambarkan keadaan kita pada saat itu. 

Padahal sebenarnya kita tidak mengapa untuk terlihat tidak baik-baik saja,bersifat terbuka akan jauh lebih positif demi kesehatan mental.  Menurut beberapa penelitian,ketika orang mengungkapkan perasaan dengan kata-kata,mereka lebih mampu mengatur emosinya.

Gangguan mental sering kali dianggap masalah yang tidak serius oleh sebagian orang. Terkadang kita takut untuk mengungkapkan kondisi yang sebenarnya hanya karena takut dianggap sebagai lelucon. 

Padahal Semakin dewasa,kita harus menyadari bahwa hidup ini harus seimbang. 

Tidak hanya perihal tawa,namun juga perihal luka. 

Dari rasa sedih kita bisa belajar bahwa tidak selamanya tawa itu harus ada. Sesekali kita perlu menangis,dan meluapkan segala emosi. 

Sebagian orang kerap mengatakan “jangan menampakkan kesedihan,kamu harus terlihat kuat dan baik-baik saja” saya tidak terlalu percaya dengan ungkapan itu,seharusnya jika sedih menangislah,tidak perlu untuk seolah-olah terlihat baik-baik saja.

Saya ingin mengajak siapapun yang membaca tulisan ini untuk tidak apa-apa jika ingin mengeluh, tidak masalah jika ingin menangis, teriak sekuatnya, menulis sesukanya, cerita ke orang yang dipercaya, atau mau minta tolong kepada siapapun. 

Tidak apa-apa ,lakukan saja asal itu bisa buat kalian lega. Dan untuk siapapun yang baca ini kalian harus tau bahwa kalian itu sangat berharga,kalian berarti, kalian hebat sudah melalui hari-hari buruk kemarin. 

Terimakasih sudah menjadi support system bagi orang-orang yang kalian sayang. Terimakasih untuk telah bertahan hidup meski rasanya sulit sekali.

Mengapa kita perlu sikap untuk tidak baik-baik saja?
Tidak dapat dipungkiri,sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup tanpa bergantung pada orang lain. 

Manusia yang satu dengan manusia yang lainnya akan saling terikat. Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. 

Ia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan makhluk lain  .  

begitu juga seharusnya ketika menghadapi masalah atau persoalan hidup yang rumit,tidak mengapa untuk mencari teman bercerita. 

Kita tidak selalu harus dituntut agar terlihat baik-baik saja. Jangan pernah merasa takut untuk speak up,karena gangguan mental itu bukanlah kegagalan pribadi,kita juga membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitar seperti keluarga,teman,kedua orang tua,dan manusia lainnya yang kita percayai sebagai tempat bercerita. 

Mengapa Kita perlu bersikap untuk terlihat tidak baik-baik saja ? Berdasarkan penelitian yang terbit dalam journal of psychosmatic research, ditemukan bahwa emosi yang sering dipendam bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan kanker dan jantung yang berujung pada kematian. 

Emosi yang ditekan mampu melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memperburuk mental. 

Belajarlah untuk lebih terbuka dan berbagi kesedihan pada orang yang kamu percaya..

Menurut Jonathan Rottenbarg, peneliti dan profesor  psikologi dari University of south florida menyebutkan bahwa rasa sedih merupakan sinyal penanda yang kita berikan kepada orang lain bahwa kita rapuh dan butuh berbagi.

Rapuh adalah kondisi emosional yang wajar. Psikolog mengungkapkan bahwa tidak selamanya manusia harus kuat,saat kondisi tertentu menunjukkan rasa sedih adalah hal yang wajar. 

Karena gangguan mental bukanlah murni kegagalan pribadi,banyak faktor yang menjadi penyebabnya dan kita pastinya membutuhkan dukungan dari yang lainnya agar proses penyembuhan jauh lebih cepat.

Gangguan mental bukanlah kegagalan pribadi !
Banyak yang memandang bahwa orang yang memiliki gangguan mental adalah karena kegagalan pribadi dalam mendidik jiwanya. 

Bahkan juga ada beberapa yang tidak ingin tahu dengan kondisi terburuk seseorang. Padahal,perlu kita ketahui bahwa gangguan mental bisa saja muncul karena orang-orang terdekat. 

Bukannya menjadi obat malah menjadi gangguan bagi seseorang. Hal ini juga sering terjadi karena tidak ada dukungan dari orang-orang sekitar ketika seseorang sedang berada dalam kondisi terburuk. 

Padahal tanpa kita sadari, sekedar pertanyaan ada cerita apa hari ini? sangat berpengaruh bagi kesehatan mental seseorang. 

Hal ini tentunya akan membuat seseorang merasa diperhatikan keberadaannya,dan di pedulikan kondisinya. 

Namun nyatanya, masih banyak yang belum sadar akan pentingnya kesehatan mental, masih banyak yang menganggap bahwa gangguan mental hanyalah bawaan dari diri pribadi,padahal sebenarnya ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya. 

Termasuk dari orang-orang terdekat.
fakta pertama mengenai kasus seorang ibu yang berasal dari jawa tengah yang menggorok leher anaknya,sehingga menyebabkan satu dari ketiga anaknya meninggal dunia. 

Jika dilihat dari kacamata psikologi,tentu ada masalah dalam perilaku dan kejiwaan si ibu,sampai tega menggorok leher anaknya.

Alasan pelaku agar anaknya tidak merasakan kesulitan lagi di dunia,dan agar anaknya tidak merasakan kesedihan seperti rasa sedih yang dia alami. 

Sementara dukungan dari suami dan keluarga sangatlah minim,bahkan bisa dibilang tidak ada. 

Apa yang sebenarnya terjadi ? ternyata kesehatan mentalnya terganggu,ini dikarenakan beberapa faktor yang mana ia dipaksa untuk terlihat baik-baik saja sedangkan ada banyak masalah dalam rumah tangganya. 

hal ini menunjukkan bahwa kesehatan mental itu perlu dukungan dari orang terdekat. 

Dalam menghadapi masalah rumah tangga,kekompakan dengan pasangan juga menentukan baik atau buruknya kesehatan mental seseorang. 

Jadi hendaknya untuk mempersiapkan kebiasaan komunikasi yang baik,pembagian peran,dan saling support. 

Gangguan mental itu bukanlah kegagalan pribadi,jadi berhenti untuk menghakimi seseorang,tapi berusahalah untuk menjadi obat bagi nya.

Fakta kedua sosial media sedang di hebohkan oleh kasus bunuh dirinya seorang mahasiswa yang di duga depresi karena skripsinya tidak kunjung selesai,sedang beliau sudah memasuki semester dua belas. 

Berita ini tersebar luas di media sosial,Pemicu lainnya juga disebabkan karena beberapa masalah dan beliau tidak ada tempat untuk bercerita,segala sesuatu di tanggung sendiri hingga akhirnya kesehatan mental benar-benar terganggu. 

Hal ini memberi pelajaran kepada kita bahwa people don’t fake depression,they fake being okay. Remember that,be kind . 

jangan lupa untuk selalu baik kepada orang lain, sesekali lihatlah keadaan orang-orang terdekat kita. Karena kita tidak pernah tau seberapa berat masalah yang mereka hadapi.

Berkaca dari kasus ini, saya berpendapat bahwa hal ini telah membuktikan bahwa sebenarnya manusia lebih takut pada kehidupan daripada kematian. 

Hal ini membuktikan bahwa manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan support system dari lingkungan sekitar. 

Jangan acuh dengan persoalan yang dihadapi oleh orang lain. Setidaknya jika tidak bisa banyak membantu,jadilah pendengar yang baik. Dan bagi seseorang yang sedang mengalami suatu permasalahan yang terasa berat,jangan sungkan untuk berbagi cerita. 

Jangan hanya diam,karena jika kamu memilih diam, maka pilihan yang kamu ambil adalah membiarkan masalah itu tetap ada.


×
Berita Terbaru Update