Gemarnews.com , Lhoksukon – Center for Information of Samudra Pasai Heritage (Cisah) dan Masyarakat Gampong Glong kecamatan Syamtalira Bayu melaksanakan Do'a bersama yang dipimpin oleh Tgk. Zainuddin (Tgk. Imum gampong Glong) dan dilanjutkan dengan tausiah serta pemaparan sosok Mu'allim Barjan serta keluarganya di komplek makam makam Keluarga Mu'allim Barjan yang berlokasi di Gampong Glong kecamatan Syamtalira Bayu kabupaten Aceh Utara yang disampaikan oleh Sukarna Putra (Peneliti CISAH), kegiatan ini direncanakan akan digelar rutin pada pada bulan syawal setiap tahunnya.
Sukarna menerangkan, walaupun di semua nisan kubur dalam kompleks itu tidak memuat tarikh (tanggal, bulan, maupun tahun kemangkatan), namun di bulan Syawal ini diketahui ada dua sultan Samudra Pasai yang mangkat, yaitu Sultan Al Kamil bin Al Manshur tahun 900 hijriah, dan kakeknya Sultan Zainal Abidin Ra-Ubabdar yang diterangkan diepitafnya, yaitu mangkat pada hari jum'at waktu dhuhur, pada bulan syawal, tahun 841 hijriah. Kegiatan doa bersama ini kemudiannya direncanakan sekaligus memperingati haul Sultan Zainal Abidin Ra-Ubabdar. Secara gelar ini sangat sesuai, karena muallim yang bermakna navigator/nahkoda kapal sangat sinergi dengan kata Ra ubabdar bermakna penakluk atau penguasa gelombang. Kalau dianalogikan secara sederhana bisa dikatakan, tokoh-tokoh navigator yang ada di kompleks ini adalah pasukan armada yang disiapkan sultan Zainal Abidin untuk penyebaran Islam ke berbagai wilayah di Asia Tenggara.
Komplek makam ini ditemukan oleh M. Nasir bersama tim Cisah pada tahun 2014 silam, dan Sejauh ini, merupakan salah satu temuan terpenting bahkan paling bernilai dalam jenisnya bagi sejarah Sumatra Pasai (Samudra Pasai) sebab merupakan kompleks pemakaman keluarga pelaut yang berada dalam wilayah Aceh Utara dan terdekat dengan kawasan bekas pusat pemerintahan Samudra Pasai (kawasan inti). Sebelumnya, sejak beberapa tahun silam, CISAH sudah berhasil menemukan sebaran permukiman masyarakat pelaut dalam wilayah Lhokseumawe: Blang Weu, Jileukat, Alue Lim, Kandang, Banda Sakti.
Temuan kali ini adalah di luar Lhokseumawe namun tetap memiliki akses langsung ke Teluk Samawi dikarenakan letak pemakaman atau permukiman kuno di Syamtalira Bayu tersebut hanya berjarak sekitar 2 km dari bibir laut Teluk Samawi (Kuala Lancok), dan dihubungkan oleh sebuah aliran sungai yang sekarang sudah tidak berfungsi lagi.
Dari sumber seorang warga yang sudah berusia lanjut diketahui bahwa sungai kuno itu dulunya disebut dengan sungai Syamtalira. Kemudian, saat ditanyakan tentang profesi yang rata-rata ditekuni oleh warga di kawasan Syamtalira Bayu tersebut, Bang Syin menjawab, hampir 90 % warganya yang laki-laki adalah nelayan. “Di sini yang berprofesi sebagai pawang kapal ikan juga banyak,” tambahnya lagi.
Diketahui sebagai kompleks pemakaman keluarga pelaut adalah dari beberapa nama yang terpahat pada batu nisan. Memang, epitaf makam tidak memuat penanggalan wafat, namun dari bentuk-bentuk batu nisannya dapat diperkirakan pemakaman ini berasal dari abad ke-14 dan ke-15 M.
Sesuatu yang unik pada beberapa batu nisan di pemakaman ini ialah pemahatan nama dalam kotak pada sisi kiri nisan sebelah utara (nisan kepala), sehingga terlihat seperti pelat nomor. Ini unik dan baru kali ini ditemukan yang demikian rupa, dan sengaja dibuat hanya untuk dapat dikenali pemilik masing-masing kubur.
Berikut adalah nama-nama pemilik kubur dalam kompleks pemakaman ini sesuai inskripsi yang terdapat pada nisan (berurut dari sebelah barat ke timur):
1. Barjan Al-Hadashtan (?) Khatib Husain
2. Isma’il (bi..?) Barjan.
3. Bab ibnu Paduka; Mu’allim Khoja; Ibnu Malik Thahud bin Barjan.
4. Malik Thahud bin Barjan.
5. Mu’allim Husain Barjan
6. Khatib Zainuddin; putra guru raja dan pangeran (?), Ahmad bin Barjan
7. Nasifah (?) Barjan
(Team)