Menurutnya, ada beberapa alasan mengapa program ini perlu ditinjau kembali, hal ini diungkapkannya dalam keterangan persnya kepada wartawan pada senin (29/08/2022).
"Meski program GISA (Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh) ikut di launching oleh Gubernur Aceh baru - baru ini namun sangat bijak rasanya jika Gubernur Aceh juga mengevaluasi aktifitas GISA sesegera mungkin." ujar Nasrul Zaman.
Berkaca pada program penanganan covid 19 yang lalu, Sekda Aceh juga hanya melakukan pencitraan seolah - olah telah bekerja namun hanya berupa festivalisasi covid 19 melalui seluruh birokrasi Aceh terjun ke gampong-gampong menghabiskan anggaran SPPD ratusan milyar rupiah.
"Pada GISA ini juga dicoba kembali dengan hal yang sama yaitu menerjunkan ASN setiap dinas ke seluruh gampong-gampong di Aceh dengan modal spanduk, selebaran dan hanya untuk berfoto ria tanpa ada muatan capacity building dan sharing knowledge yang mendorong keberlanjutan program imunisasi dan pencegahan stunting." ujarnya.
Menurutnya, Sekda Aceh tidak mampu memahami Program BAAS (Bapak Asuh Anak Stunting) yang diluncurkan Presiden yang mendorong adanya keterlibatan pihak lain untuk memperkuat program penurunan stunting, baik keterlibatan dana, kelembagaan maupun pengelolaan program.
"Dipastikan tidak semua SKPA memahami dan memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup tentang stunting dan imunisasi jadi sangat tidak wajar jika harus dipaksakan turun ke gampong-gampong hanya bermodal spanduk, leaflet dan kamera untuk foto-foto." ujarnya.
Berdasakan informasi bahwa Program GISA tidak didukung oleh argumentasi ilmiah dan literatur yang kuat dan baik, alangkah baiknya jika Gubernur segera memerintahkan kepada Sekda Aceh untuk menghentikan jalan - jalan ke daerah memotong anggaran SPPD perjalanan dinas tersebut dan dialihkan untuk program penanganan stunting yang menjadi prioritas dan janji Pj Gubernur dengan model dan mekanisme BAAS yang benar. (C.Ricky)