Gemarnews.com, Aceh Timur -Kisah memprihatinkan dialami oleh Rasyidi (50),pria yang berasal dari desa Seuneubok tengoeh,dusun selamat, kecamatan Idi timur, kabupaten Aceh Timur,tinggal bersama istrinya Badriah (44) dan dua belas (12) anaknya yang harus mengalami hidup yang sulit karena selama 19 tahun hidup tanpa listrik dan air bersih.Sabtu (1/10/2022).
Lokasi Rumah yang Sulit Dijangkau Jarak antara tempat tinggal Rasyidi dengan Jalan raya juga lumayan jauh,lokasi rumah Rasyidi yang berada di atas perbukitan membuatnya sulit dijangkau untuk mendapatkan aliran listrik.
Untuk sampai ke kediaman Rasyidi, harus melawati jalan yang mendaki. Maklum saja, ia membangun rumahnya tepat di bawah bukit, karena hanya sebidang tanah di puncak itulah yang menjadi lokasi miliknya.
Rasyidi melalui istrinya Badriah mengatakan, Ia dan keluarganya sudah 19 tahun hidup dengan kondisi seperti itu. Selama ini mereka hanya menggunakan mesin genset berbahan bakar minyak pertalen atau pertamax sebagai alat penerangan ketika malam tiba. Sementara untuk kebutuhan air, Ia kerap mengambil dari sumur warga.
"Kalau untuk air, saya biasa turun ke sumur di bawah untuk ambil, kemudian dibawa naik ke rumah, biasa juga ke sungai yang di bawah.
Masih lanjutnya Badriah saat ia menerima bantuan berupa PKH ujarnya kepada media. Badriah juga mengatakan bahwa suaminya Rasyidi juga mengalami kesulitan pendengaran, suami saya bekerja sebagai Penderes getah karet. Lanjutnya Badriah,Menjelang malam terkadang menyalakan lampu minyak tanah dan lilin sebagai penerangan.
Pernah suatu hari ada oknum dari pihak PLN jika ingin memasang listrik di kenakan biaya tujuh juta (7 juta) di karena harus pasang kabel dengan jarak yang jauh dari puskesmas Idi timur ke rumah kami.Di karena tidak ada dana maka kami urungkan niat untuk memasang listrik tersebut.ujar Badriah.
Selama 19 tahun Rasyidi dan Badriah hidup bersama, dirinya dikaruniai tiga belas anak.
Namun anak ke-1 meninggal dunia karena sakit sehingga kini yang tersisa tinggal dua belas anak,yang kedua sudah menikah dan yang nomor tiga merantau dan yang lain masih kecil-kecil.
"Harapan kami semoga pihak-pihak atau instansi terkait dapat membantu sehingga adanya penerangan listrik dan juga sumur bor.pungkas Badriah.
Sementara kepala desa Seuneubok tengoeh Rasyidin saat di konfirmasi media mengatakan benar bahwa keluarga pasangan suami istri tersebut tidak ada aliran listrik.
Kepala desa juga menambahkan bahwa kurangnya penerangan listrik pada desanya,"saya berharap kepada pemerintah daerah untuk dapat membantu penerangan listrik pada desanya.pungkas Rasyidin kades Seuneubok tengoeh.(Dedi/Zoel).