GEMARNEWS.COM , OPINI - Era digital seperti sekarang ini, pendidikan bisa diwujudkan dan diakses lebih mudah dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Karena dengan akses digital, pendidikan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat diseluruh pelosok negeri sepanjang memiliki infrastruktur teknologi dan didukung oleh jaringan internet yang baik.
Begitulah faktanya, sekarang perkembangan teknologi yang terjadi begitu cepat di segala lini kehidupan.
Disrupsi digital tidak hanya terjadi dalam dunia pendidikan semata, bahkan merebak di keseluruh sektor lainnya seperti ekonomi dan sebagainya.
Cepatnya kemajuan teknologi informasi tersebut menuntut kita harus mampu menyesuaikan dan beradaptasi dengannya.
Sehingga keberadaan teknologi bisa menjadi bagian penting dalam keseharian kita.
Maka perlu memiliki kecakapan teknologi digital sebagai bentuk kesiapan dalam mengimbangi sekaligus menghadapi tantangan disrupsi digital, termasuk dalam dunia pendidikan tinggi.
Mungkin atas kesadaran itulah sehingga Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) yang merupakan Universitas digital lahir yang didedikasikan Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
Setidaknya ada Tiga filosofi yang sangat mendasari lahirnya UICI, yaitu integrasi budaya digital, keislaman dan keindonesiaan.
Sesuai visinya, yakni UICI menjadi universitas yang unggul dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berbasis budaya digital, nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.
Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam empat misi. Salah satu misi UICI adalah menyelenggarakan pendidikan yang bersifat inklusif yang berbasis digital, berkualitas, dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan (stakeholders).
Konsep digital inilah yang menjadi daya tarik. Sehingga UICI menjadi perguruan tinggi yang proses belajar-mengajar dilakukan secara fully digital dengan mengimplementasikan platform Artificial Intelligence Digital Simulator Teaching Learning System (AI DSTLS).
Jadi, platform AI DSTLS ini dengan mengombinasikan Learning Management System, Simulator Learning System, Virtual Reality, dan Augmented Reality.
Dengan platform tersebut memberikan banyak kemudahan bagi dosen dan mahasiswa dalam hal pelaksanaan pembelajaran.
Disatu sisi proses belajar dapat dilakukan tanpa terbatas ruang dan waktu. Artinya proses pembelajaran bisa dilaksanakan kapan saja dan dimana saja.
Sehingga dalam penggunaannya pun sistem AI DSTLS ini dianggap sangat efektif dan efisien serta sesuai perkembangan zaman.
Menurut Dr. Eng. Jaswar Koto Wakil Rektor Bidang Akademik UICI mengatakan platform AI DSTLS akan memudahkan mahasiswa dan dosen melaksanakan proses pembelajaran.
Salah satu kemudahan yang ia sampaikan adalah saat login ke sistem. Para mahasiswa dan dosen tidak harus login dengan password, tetapi bisa dengan pengenalan suara atau gambar.
Kemudahan lain dari platform tersebut adalah proses pembelajaran di UICI bisa diakses dari mana saja dan kapan saja. Platform AI DSTLS juga lebih hemat kuota internet dari pada sistem lain.
UICI juga menempati pada peringkat ke 5 (lima) di dunia sebagai Universitas digital yang mengaplikasikan simulator pembelajaran dengan metode AI DSTLS di era digitalisasi. Hal ini tentu menjadi modal besar bagi UICI untuk bisa tumbuh dan semakin berkembang menuju perguruan tinggi favorit di negeri ini bahkan dilevel internasional sekalipun.
Hadirnya UICI
Untuk diketahui UICI merupakan Universitas digital yang lahir dari buah karya keluarga besar HMI-KAHMI dan sekaligus kontribusi nyata KAHMI dalam dunia pendidikan.
Sementara dalam proses penyelenggaraan pendidikannya, Kampus UICI dibawah asuhan Majelis Pendidikan Tinggi (MPT) KAHMI saat ini diketuai Prof. Dr. R. Siti Zuhro yang juga peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik LIPI.
Setelah melalui berbagai proses panjang. Pada tanggal 30 Desember 2020 Kampus UICI memperoleh izin prinsip pendirian dan izin operasional yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Sementara pada tanggal 15 Januari 2021 Presiden RI Joko Widodo meresmikan Kampus UICI. Tanggal tersebut kemudian ditetapkanlah sebagai hari jadi atau hari lahirnya UICI.
Lahirnya UICI tidak terlepas dari kesadaran dan tanggung jawab keluarga besar HMI-KAHMI dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Menjadi penting upaya penguatan peran KAHMI secara optimal guna merawat dan memajukan UICI secara lebih lanjut dalam menghadapi tantangan disrupsi digital sekarang ini.
Pendirian UICI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkarakter akademis, kreatif, inovatif, pencipta dan insan pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirihai Allah SWT. Hal ini sejalan dengan tujuan HMI-KAHMI.
UICI juga sebagai Universitas berbasis komunitas. Hingga saat ini UICI mempunyai 700 orang lebih profesor dan 2.000 orang lebih staf pengajar bergelar doktor.
Kampus UICI juga memiliki jejaring yang kuat diberbagai lintas sektor seperti di dibirokrasi, politik, industri dan berbagai bidang lainnya.
Oleh karenanya, besar harapan semoga Kampus UICI yang kini dinahkodai Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin sebagai rektor mampu melahirkan generasi bangsa berkakter, unggul berkualitas dan berdaya saing internasional dalam menghadapi sengitnya kecanggihan teknologi di era disrupsi digitali sekarang ini.
Sehingga nantinya keberadaan UICI sebagai Universitas Digital di Indonesia dengan platform AI DSTLS yang telah dikembangkannya serta pendidikan yang berkompeten dan profesional bisa menjadi solusi dalam melahirkan generasi bangsa ditengah tantangan disrupsi digital. Yakin Usaha Sampai, Insan Cita Bahagia.
Penulis : Muhammad Andri
Fungsionaris MD KAHMI Pidie Aceh Periode 2017-2021
Aktivis Muda Aceh