Notification

×

Iklan ok

FLP Banda Aceh Bersama DPKA Aceh Gelar Seminar Writing Healing Therapy

Jumat, 13 Januari 2023 | 08.03 WIB Last Updated 2023-01-13T01:03:36Z


Gemarnews.com, Banda Aceh - Forum Lingkar Pena Banda Aceh mengadakan seminar Writing Healing Therapy yang diadakan di aula DPKA pada 12/01/2023. Kegiatan yang didukung penuh oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh ini mendatangkan narasumber jenjang nasional, Aida Maslamah SP., M. Ikom., CH., Cht., NNLP.

Sekretaris DPKA, Zulkifli SPd., MPd. dalam sambutannya mengatakan bahwa para pegiat literasi Aceh harus gencar menyosialisasikan kegiatan literasi dan mengajak masyarakat mengunjungi perpustakaan wilayah Aceh yang kini konsepnya sangat bagus, perpustakaan bisa dijadikan seperti tempat rekreasi bagi keluarga dengan rak-rak buku yang atraktif. 

Sebutan untuk perpustakaan saat ini adalah mal baca karena dilengkapi dengan pelayanan yang menyenangkan. Perpustakaan saat ini bukan sekadar berisi rak-rak buku yang berjejer lurus, tetapi didesain secara menarik dan menjadi tempat membaca dan bersantai yang nyaman.

Selain itu, DPKA juga rutin mengadakan sayembara menulis untuk mengakomodir karya-karya penulis Aceh. Kegiatan yang positif seperti seminar yang diadakan Forum Lingkar Pena ini layak untuk dipromosikan lebih gencar agar lebih banyak orang Aceh yang gemar menulis.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental, antusiasme calon peserta dalam Seminar Writing Healing Therapy ini cukup tinggi, tetapi seminar kali ini hanya dibatasi untuk 35 peserta. 

Ketua Forum Lingkar Pena Aceh, Syarifah Aini, mengatakan para pegiat di FLP siap bersinergi dengan pemangku kebijakan dan komunitas lainnya dalam meningkatkan literasi di Aceh. FLP merupakan organisasi kepenulisan terbesar di Indonesia, di Aceh, FLP telah berdiri sejak 11 Maret 2001 hingga saat ini sudah memiliki 4  cabang di kabupaten kota, selain di Banda Aceh, FLP juga ada di Sigli, Takengon, Bener Meriah. 

Aida membuka sesi seminar dengan sesi perkenalan nama dan menyematkan kata positif pada setiap nama masing-masing peserta. Banyak faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mental individu, baik faktor dari luar maupun dari diri sendiri.

Kesehatan mental seseorang akan berdampak banyak pada kegiatan sehari-hari dan produktivitas seseorang. Seseorang dengan  kesehatan mental yang terganggu akan cenderung kurang produktif dibandingkan dengan yang  tidak.  

Writing Healing Therapy merupakan terapi yang sudah lama dipakai dan dikembangkan di New South Wales oleh K. Beike sebagai sebuah upaya penyembuhan diri yang dianggap mampu memperbaiki karakter dan psikis seseorang jika dilakukan dalam jangka waktu panjang. 

Seminar ini memberikan tips agar peserta bisa melakukan beberapa sesi terapi bagi diri sendiri dan membangun sebuah kebiasaan (habituasi). Seminar ini dibagi beberapa sesi, yaitu sesi materi, praktik, diskusi dan konsultasi. 

"Perasaan saya ikut seminar ini 'so happy', Kak Tidak menyangka acaranya membahas sedalam itu dan saya suka mengenai konsep alam bawah sadar dan itu sangat mengena bagi saya. Saya sampai menangis di salah satu sesi, benar-benar 'healing' dan seperti selesai berobat setelah seminar tadi," kata Maghfirah salah satu peserta seminar melalui ketua panitia kegiatan, Radhia Humaira.

Ada salah satu sesi ketika pemateri meminta para peserta untuk memilih satu dari foto-foto wajah yang ditampilkan. Foto yang dipilih dianggap paling merepresantikan diri mereka. Kemudian dilanjutkan menuliskan pesan yang diinginkan sebagai langkah awal dalam mengenal diri lebih dalam. 

Beberapa peserta mulai larut dengan susana hati mereka; ada yang tersenyum-senyum saat menulis, ada yang mulai mengeluarkan air mata, dan ada juga yang merasakan kantuk. 

"Kalau awal-awal saat mencoba 'pause', bagi yang tidak terbiasa bermeditasi atau hal ini baru dilakukan pertama kali,  sebagian individu pasti merasa mengantuk karena memang diminta rileks dan terputus sejenak dari hal-hal luar, " kata Aida yang sudah mendampingi ratusan remaja dan penulis pemula dalam menghasilkan karya tulis dan menerbitkan buku.

Bagi sebagian orang merelakan dan berharap untuk hari esok yang lebih baik tidaklah mudah. Oleh kerena itu, tahap awal mengenal diri adalah dengan memaafkan dan mengapresiasi diri untuk apa yang telah dicapai maupun masih tertunda. Selalu mengafirnasi diri dengan hal yang positif, banyak berdialog dan berterima kasih pada diri sendiri.

Pada tahap selanjutnya peserta diminta untuk memilih pasangan untuk diajak bercerita dan mendengarkan. Sejenak berdialog tentang diri dan lingkungan sekitar. Berbagi dengan orang-orang sekitar dapat meningkatkan empati, rasa lega, dan penerimaan diri.

"Jika tidak ada satu pun orang yang mencintai kita, maka diri kitalah yang wajib mencintai diri sendiri. Memaafkan dan merelakan hal-hal di luar kuasa kita. Memaafkan itu tidak ada tenggat (deadline), jika kita tidak ingin memaafkan sekarang, mungkin nanti ketika diri kita benar-benar siap," pesan pemateri pada para peserta yang masih diliputi perasaan haru dan mulai bisa mengapresiasi diri sendiri demi kesehatan dan keselamatan mental untuk hidup yang lebih berkualitas.
×
Berita Terbaru Update