Sebanyak 20-an jurnalis dari berbagai media cetak, online, dan televisi mengikuti “Workshop Jurnalisme Damai dan Keamanan Jurnalis Dalam Konteks Perlindungan Sipil.” Kegiatan yang diselenggarakan oleh Lakaspia itu berlangsung di Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, Sabtu (18/3/2023).
Workshop menghadirkan narasumber Nashrun Marzuki yang merupakan staf khusus Komisi Informasi Aceh (KIA), dengan fasilitator Koordinator Wilayah Sumatra AJI, Adi Warsidi. Dalam Workshop dihadiri oleh 20 peserta yang merupakan para jurnalis muda dari berbagai media mainstream yang ada di Provinsi Aceh.
Direktur Lakaspia, Halik dalam pengantarnya menyebut kekerasan terjadi bukan hanya kepada wartawan, tapi juga dari mereka yang berkuasa kepada siapa saja yang lebih lemah. "Bicara jurnalis damai kita sudah selesai. Sebelumnya kebebasan pers di Aceh sudah bagus, belakangan ada kasus pembakaran rumah wartawan, pemukulan, dan pengrusakan HP,” papar Adi Warsidi yang juga mantan Ketua AJI Banda Aceh membuka workshop.
Sementara itu, Nashrun mengatakan paling banyak diminati adalah berita hukum yang berdampak sosial, bukan laporan polisi. Nasrun yang juga mantan Pemimpin Redaksi Harian Aceh itu menjelaskan, kekerasan terjadi dalam tiga bentuk yaitu kekerasan langsung, kultural, dan struktural. Menurut Nashrun, di Aceh bukan hanya melakukan training, bahkan pernah melakukan pelatihan resolusi konflik. Artinya, resolusi konflik melalui jurnalisme damai.
Dikatakan, ini adalah langkah bagus karena dipersiapkan untuk wartawan di wilayah konflik.“Post trauma disorder (PTD0 tidak hanya korban yang dinyatakan korban, tapi hampir semua warga Aceh saya yakin menjadi korban,” terang Nashrun.
Selanjutnya workshop diisi dengan sesi diskusi. Peserta bertanya seputar keselamatan liputan di lapangan serta berbagi pengalaman tentang keadaan saat konflik Aceh.