Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara FISIP UIN Ar-Raniry
Gemarnews.com, Opini - Indonesia Tanpa Pacaran adalah gerakan yang digagas La Ode Munafar pada September 2015 untuk mengajak masyarakat tidak berpacaran. Munafar menggagas gerakan ini di Instagram, Facebook, dan Line karena menerima banyak curahan hati dari remaja yang mengakui masa depannya rusak karena berpacaran.
Generasi millennial adalah masyarakat sosial yang melek dan adaptable pada teknologi. Mereka cenderung suka memanfaatkan teknologi untuk mempermudah segala aktivitas, tak terkecuali aktivitas belanja. Dengan kemajuan teknologi cara pembayaran membuat generasi ini makin cashless (cenderung tak membawa uang tunai).
Gaya pacaran anak generasi Milenial cenderung sangat berlebihan banyak orang yang membagikan momen tertentu di akun media sosial nya sehingga terlihat terlalu bebas, ada beberapa faktor yang memicu hal tersebut, yaitu:
1. Sudah ada media sosial
Zaman sekarang banyak anak remaja yang tidak segan bermesraan dan memposting di akun Instagram, namun gaya berpacaran dulu dan sekarang tidak jauh beda, hanya saja zaman dahulu belum ada yang namanya media sosial, sedangkan sekarang segala momen yang terjadi akan di bagikan ke media sosial, baik itu story wa, Instagram dan lain sebagainya. Maka dari itu kita harus bijak dalam menggunakan media sosial.
2. Faktor globalisasi dan kebarat-baratan
Kemudahan teknologi membuat mereka mudah mendapatkan informasi sehingga mengikuti gaya berpacaran yang kebarat-baratan. Mereka berfikir gaya pacaran ini akan membuat dirinya lebih keren. Padahal, Indonesia sendiri, hal-hal seperti itu menjadi pusat perdebatan karena Indonesia menganut budaya ketimuran.
3. Meniru idolanya di media sosial
Mereka yang melihat indolanya akan cenderung mempunyai keinginan supaya bisa melakukan hal yang sama agar mempunyai like dan followers yang bayak seperti yang di idolakannya(artis)
4. Ingin mencari popularitas
Artis memang butuh popularitas, banyak hal yang mereka lakukan demi meraih popularitas sedangkan kita bukan artis. Jadi, jangan menyamakan diri kita dengan artis, terkadang artis memposting hal yang positif saja tetapi realitanya tidak seperti itu, maka jaga diri supaya memiliki pemikiran yang cerdas.
5. Tidak memikirkan dampak kedepannya
Sebenernya memposting foto pacar ke media sosial tidak ada larangan. Tetapi sebaiknya jangan di posting karena belum tentu kedepannya masih berlanjut atau tidak dan perlu diingat perhatikan lah dampak kedepannya jika ingin populer di mata orang lain, maka jadilah sosok orang populer dari sisi yang positif (jangan ikut-ikutan).
Ada beberapa alasan yang mendorong remaja berpacaran seperti untuk bersenang-senang, mencari status, belajar bersosialisasi, memilih pasangan hidup, mendapatkan persaha- batan, memperoleh keintiman atau kedekatan. Dan banyak resiko yang harus di tanggung seperti Kehamilan, kekerasan fisik, kekerasan seksual, predator internet, dan penularan penyakit menular seksual. Sebagai orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak nya supaya mereka tidak ikut-ikutan dalam hal yang dilarang oleh agama.
Dan apa bila mendapat pasangan yang tidak benar maka bisa terjerumus ke hal-hal negatif seperti narkoba, berhubungan seksual sebelum menikah. Emosi belum stabil sehingga mudah terjadi keributan. Terpengaruh dengan lingkungan yang buruk.
Balqis Shalsabiella, Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara FISIP UIN Ar-Raniry menyatakan bahwa, dalam islam tidak ada istilah pacaran, pada hakikatnya tunangan merupakan hubungan yang bertujuan untuk mempererat tali silaturrahim, dengan syarat tidak melanggar aturan yang ditetapkan oleh agama. Bahkan agama saja sudah melarang keras bahwa pacaran adalah haram dan tidak boleh dilakukan karena itu akan mengarahkan kepada sebuah perzinahan. “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra: 32).
Pacaran itu hanya akan merusak dari sisi manapun, termasuk dari masa depan, kehormatan, psikologi, kepercayaan orang-orang terdekat, pandangan masyarakat, pacaran juga akan mengalihkan fokus belajar dan lingkungan bahkan merusak dari sudut pandangan agama. Tidak ada yang menguatkan dalam hubungan pacaran baik dari segi agama maupun hukum, banyak perempuan yang ditinggalkan begitu saja setelah hasrat nya terpenuhi tanpa bertanggung jawab, tentu saja hal ini akan sangat merugikan sebelah pihak dan menjadi aib keluarga.
Banyak anak remaja yang harus terpaksa nikah muda karena sudah terlanjur melakukan hal terlarang di luar nikah padahal mereka belum siap secara fisik maupun mental, banyak resiko yang harus di tanggung sehingga banyak dari mereka yang merasa menyesal dan akhirnya memilih untuk cerai.
Hal ini juga merupakan salah satu faktor naiknya jumlah kasus perceraian di Indonesia. Menurut laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Tanah Air mencapai 447.743 kasus pada 2021, meningkat 53,50% jika dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 291.677 kasus. Laporan tersebut mengatakan kalangan istri lebih banyak menggugat cerai ketimbang pihak suami.
Maka dari itu mari kita memperbaiki diri supaya tidak lebih jauh terjerumus ke dalam perbuatan yang di benci Allah dan fokus ke masa depan tanpa pacaran dan menikah pada waktu yang tepat dari pada merugikan diri sendiri dan membuat aib keluarga.