Notification

×

Iklan ok

BULAN BERCAHAYA

Selasa, 04 April 2023 | 22.38 WIB Last Updated 2023-04-04T15:38:14Z

Dok.foto Penulis : Sri Suyanta Harsa

GEMARNEWS.COM , OPINI -  Saudaraku, praktik taubat yang menjadi prasyarat diturunkannya ampunan Allah sebagaimana muhasabah yang baru lalu mengantarkan pada terbebasnya diri dari dosa sehingga kesucian hati terjaga. Kondisi hati yang suci biasanya disimbolkan dengan putih berseri, sehingga bercahaya yang mampu menerangi. Hatinya bercahaya, nurani.

Inilah sejatinya khairun nas anfa''uhum linnas. Orang yang baik adalah orang yang bermanfaat (menerangi) sesamanya. Ini merupakan kebermanaan hidup di samping mengabdi dan mengelola bumi. Ya, bercahaya menjadi identitas hidupnya manusia. Ya hidup itu harus bercahaya atau bersinar menerangi alam dan kehidupan di sekitarnya. Sama halnya lampu yang menjadikan sekelilingnya terang benderang. Dan mafhum mukhalafahnya, ketika di dunia ini keberadaan seseorang tidak menerangi (baca tidak memberi kemanfaatan, tidak menghadirkan kemaslahatan, tidak menyemai kebajikan, tidak bahagia membahagiakan) bagi diri dan sesamanya, maka sejatinya ia sudah tidak hidup lagi. 

Allah melalui bulan Ramadhan dan ibadah puasa memberikan kesempatan kepada kita untuk berkontribusi secara penuh terhadap kemaslahatan umat, sehingga meraih bahagia bersama.
Begitulah Islam menuntun umatnya untuk melahirkan rasa bahagia dan membahagiaksn sesamanya. Jadi idealitas hidup itu mestinya bahagia membahagiakan. Dan hal ini sejatinya hidup itu dirinya bercahaya cerah tercerahkan dan dapat mencerahkan dan 'menerangi' sekitarnya. Sebaliknya mati berarti ketiadaan cahaya sehingga tidak menerangi alam sekitarnya. Dengan demikian hanya saat hidup lah seorang hamba bisa memberi manfaat, sedangkan ketika mati hanya menerima manfaat (setidaknya doa) dari sesamanya.

Karena hidup itu bercahaya, dan besaran dan kapasitas cahayanya berbeda-beda, maka radius jangkauan kemaslahatan yang disinarinya juga tidak sama. Sebagai ilustrasinya, ketika malam tiba, cobalah lihat ke arah angkasa. Di sana ada bintang gemintang dan gugusan planet yang nampak bercahaya. Terdapat ragam cahaya dari yang kecil amat sangat redup hanya mampu kelap kelip berkedip-kedip sampai pada yang besar seperti rembulan di hamparan langit yang membentang gelap tak bertepi. Bahkan ketika malam sirna, nantinya di tengah hari terdapat matahari yang kita tak akan sanggup menatap cahayanya yang dahsyat menyilaukan. Nah, apakah semua ini belum cukup menyadarkan diri akan eksistensi kita di sini di hamparan gelap gulitanya muka bumi yang kita huni ini.

Nah Ramadhan ini menjadi bulan untuk upgrading atau peningkatan kualitas dan besaran cahaya yang bertumpu pada kesucian hati. Oleh karena itu, mestinya kita terus bermuhasabah dan berbenah agar kehadiran kita di sini sekarang di dunia ini dapat memberi kemanfaatan, mendatangkan kemaslahatan, menyemai kebajikan, sehingga bahagia membahagiakan baik bagi diri sendiri, keluarga maupun sesamanya.
Nah, bagaimana hal itu kita mulai. Kita mulai bersihkan diri, luruskan niat dan menyucikan hati menunaikan ibadah Ramadhan untuk bertaqarub ilallah, mendekatkan diri pada Allah. Ya mendekatkan diri pada Allah melalui shiyamu wa qiyamu ramadhan. Inilah fasilitas yang tersedia di bulan Ramadhan yang harus diberdayakan agar hati kita bersih suci tercerahkan, akal pikiran kita brilian memikirkan segala ciptaan Tuhan, fisik kita sehat bugar mampu menerjemahkan kemaslahatan sehingga dirasakan oleh kehidupan di muka bumi ini. 

Langkah konkret dalam mendekatkan diri pada Allah bertaqarub ilallah, sekarang setelah bangun tidur untuk menjemput karuniaNya yang unlimited, guna menyucikan hati kita, mengasah akal budi kita, menyehatkan fisik kita. Pastikan segera ambil air sembahyang; mengenakan pakaian indah yang kita miliki untuk sowan pada Allah melalui shalat, dzikir, tilawah Qur'an, bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita untuk menyucikan hati sehingga bercahaya (berhati nurani) sehingga terus dapat mengabdi pada Ilahi, memakmurkan bumi dan hadir bahagia membahagiakan. Aamiin ya Mujib al-Sailin. 


Penulis : Sri Suyanta Harsa
Ketua Badan Penjamin Mutu (BPM) Universitas Muhammadiyah Aceh

×
Berita Terbaru Update