Dok.foto Penulis : Salsa Maghfirah.
GEMARNEWS.COM , OPINI -
Aceh Tengah dengan Ibu Kota Takengon adalah salah satu daerah kunjungan wisata di provinsi aceh. Tujuan orang datang ketakengon yg utama untuk menikmati keindahan Danau Laut Tawar, menikmati sejuknya hawa daerah pegunungan, menikmati hijaunya hamparan kebun kopi dan minum kopi asli arabika gayo, mrnikmati indahnya tegakan pohon pinus merkusii dan banyak lagi yg lainnya.
Sepertinya nikmat yg diberikan tuhan kepada masyarakat gayo sangat adil sehingga seluruh warga dapat merasakan dingin dan segarnya hawa AC alam yg selalu mengalir setiap harinya.
Selain dari kunjungan wisata yg membuat banyak uang beredar di takengon, masyarakatnya sangat rajin bertanam palawija, seperti kol, kentang, cabai dan sayuran lainnya.
Hasil primadona dari kebun kopi arabika gayo yg cukup pantastis....Kopi arabika gayo mempunyai cita rasa tersendiri dan ini diakui dunia sehingga menjadikan komoditas ekspor unggulan...dan membuat masyarakatnya makmur sejahtera.. untuk diketahui bahwa minuman kopi adalah minuman terbanyak kedua didunia setelah air putih...
Untuk biji kopi hasil dari kebun masyarakat sebagian dibentuk jadi kopi olahan contohnya: full wash, honey, specialty, wine dan lain-lain. Kenikmatan kopi Gayo digadang-gadang mirip dengan kopi Blue Mountain dari Jamaika yang sangat terkenal.
Kopi Gayo bahkan termasuk salah satu kopi specialty dengan harga termahal. Pada 2020, harga kopi arabika Gayo yang berbentuk green bean sekitar 250 ribu rupiah per kg. Salah satu varietasnya, Kopi Lanang Gayo, bahkan diperkirakan berharga 500 ribu rupiah per kg. Ini menjadikan nilai tambah bagi pengolah biji kopi.
Selain mampu menjadi penyangga utama perekonomian masyarakat, aktivitas pada usaha tani kopi arabika menyerap relatif banyak tenaga kerja setempat, tenaga kerja ini terutama dialokasikan untuk kegiatan panen. Dengan dukungan iklim yang sesuai maka kopi arabika kita dapat dipanen sepanjang tahun, meskipun dengan berbagai variasi fluktuasi produksi Dan biasanya ini adalah produk rumahan anak -anak muda yang kreatif, inovatif dan ini merata di kota Takengon dan sekitarnya.
Selain itu, ada Pohon pinus yang dikuasai konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) di dataran tinggi Gayo, batangnya disadap dan mengeluarkan getah pinus atau resin. Harga getah ini berkisar Rp.12.000 s/d. Rp.15.000 per kilonya, harga pabrik.
Perbulannya minimal dapat 8 juta rupiah per kepala keluarga. Bahan mentah ini diolah oleh pabrik setempat untuk dijadikan terpentin dan gondorukem dan langsung ekspor ke mancanegara. Masyarakat disekitar hutan pinus turut serta sebagai penyadap dan ini sangat meningkatkan penghasilannya sehingga masyarakat bisa membangun rumah, memilki kendaraan roda dua dan mobil serta dapat menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Pohon pinus dipulau sumatera ada 3 strain.
Strain Aceh(Gayo), Strain Tapanuli dan Strain Kerinci. Khusus di Aceh getah pinus ini dilarang keluar dari Aceh sebelum ada proses pabrik menjadi bahan setengah jadi (pergub aceh).
Penulis :
Nama : Salsa Maghfirah
Mahasiswa : Universitas UIN Ar-raniry Fakultas : FISIP
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara