GEMARNEWS.COM , BANDA ACE - Ketua DPP FKPPA,Polem Muda Ahmad Yani atau sering di sapa Polem Muda mengatakan , Konflik Aceh Yang Berkepanjangan telah melahirkan Luka Dan Duka Bagi Korban Konflik Paska Perdamaian Aceh, Kini Aceh kembali bangkit setelah Bencana Alam Tsunami Aceh, 26 Desember 2024 ,Pemerintah Indonesia berkomitmen dalam Perjanjian MOU Helsinki antara GAM Dengan RI.
Untuk mewujudkan Perdamaian di Bumi Serambi Mekkah, Kedua belah pihak sepakat menghentikan Pertikaian dan Pertumpahan Darah, Pemerintah Indonesia harus merealiasasi Butiran Poin MOU Helsinki yang belum Berjalan , Kehadiran Ormas FKPPA akan mengawal dan memperjuangkan Poin Mou Helsinki yang belum di jalankan atau belum di Realisasi, Terutama terkait Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Korban Konflik, Pemulihan Hak Bagi Korban Konflik dan Penyediaan Lapangan Kerja bagi korban Konflik pungkas mantan Komandan GAM.
Terkait adanya pengakuan negara terhadap pelanggaran HAM Terberat di Aceh yang di lakukan Langsung Presiden RI, Ir. H.Jokowidodo pada Selasa, 27 / 06/ 2024 , FKPPA ( Forum Komunikasi Perjuangan dan Perdamaian ) dan mengapresiasi penuh langkah tersebut, membuktikan pemerintah Indonesia masih peduli terhadap Korban Konflik.
Adanya kebijakan Pemerintah Aceh menjadikan tahun 2023 dirikan Sebuah Mesium yang Bersejarah di Reumoh Geudong karna dengan mendirikan Mesium ini generasi Aceh selanjutnya bisa mengingatkan sejarah sejarah Aceh yang terjadi di tahun sebelumnya,
Ketua FKPPA, Polem Muda Ahmad Yani yang akrab di sapa Polem Muda, mendesak Pemerintah Indonesia,untuk membangun Mesium Rumoh Geudong di bekas Lahan Rumoh Geudong dapat Di bangun Mesium Bersejarah khususnya, hal ini juga dapat berdampak positif bagi generasi masa depan Aceh dalam hal sejarah Aceh,
Polemik Muda Berharap kepada Pemerintah Aceh di lokasi tersebut dapat di bangun Mesium,TPA dan Teman bermain , Mesium nantinya dapat berbentuk replika Rumoh Geudong. Tujuannya, selain area di lokasi menjadi lebih terawat, juga dapat menjaga memorialisasi sejarah yang pernah terjadi di sana.
Saya berpikir saran ini dari Jaringan Aspirasi Rakyat Aceh ini patut menjadi pertimbangan oleh pemerintah Aceh,” Katanya Eks Kombatan GAM Barsela Kepada Wartawan Saat Di Konfirmasi, Sabtu (25/6/2023)
Mesium Rumoh Geudong ini lebih kepada kita mengingatkan Geasi Aceh, bahwa Pronvisi Aceh pernah mengalami Konflik begitu parah dan ini akan menjadi sejarah bagi generasi Aceh untuk tidak terulang lagi dan bagi Pemerintah Indonesia tidak terulang kembali, penindasan , kekerasan, pemerkosaan, penyiksaan sudah menjadi kelaziman yang di alami masyarakat Aceh ketika Aceh bergejolak.
Kita ingin Hidup Damai tanpa Konflik, tetapi hal ini hanya untuk kenangan Sejarah Bagi Generasi Aceh bukan untuk mewarisi Dendam.
Sejatinya, Rumoh Geudong ini jangan dibakar dan dirobohkan, karena ini menjadi bukti sejarah agar peristiwa yang serupa tidak kembali terjadi di Aceh.
Sayangnya, kemudian orang- orang kampung di sana, ingin menghapus memori ini dari ingatan mereka karena alasan trauma dengan masa lalu.
Maka, untuk 50 tahun ke depan ketika generasi Aceh kembali berkonflik, mereka akan lupa bahwa orang tuanya pernah merasakan “kepedihan” hidup di rumah berornament tradisional tersebut.
Seharusnya rumah bersejarah ini dirawat dan dipugar oleh pemerintah Pusat,Daerah dan Kabupaten untuk dijadikan lokasi wisata yang banyak mendatangkan PAD untuk kemakmuran masyarakat setempat.
Kesempatan merawat ini sebenarnya ada di tangan Pemerintah Aceh semasa Gubernur Zaini Abdullah (2017-2022), Irwandi Yusuf (2007-2012/2017-2018), Sarjani Abdulllah (Bupati Pidie 2012-2017), dan Roni Ahmad (Bupati Pidie 2017-2022) yang notabenya adalah para eks petinggi dan kombatan GAM.
Alasan lainnya kenapa rumah ini perlu diselamatkan adalah agar peristiwa Rumoh Geudong ini jangan dianggap cerita “dongeng” oleh generasi Aceh mendatang ,Selama ini di Aceh sering terdengar slogan yang berangkali sudah terjadi tanpa kita sadari “di Aceh sejarah bisa berubah jadi dongeng, sementara di Jawa dongeng bisa berubah menjadi sejarah, pungkas Mantan Ketua FORKAB Aceh.
Seperti konflik di berbagai tempat yang di jadikan tempat penindasan bagi Masyarakat Aceh, di antaranya, Simpang KKA, Kabupaten Aceh Utara, Jambo Kupok, Kabupaten Aceh Selatan dan Rumoh Geudong, Kabupaten Pidie, kita mengharapkan kepada pemerintah Indonesia ketiga tempat ini bisa di bangun monumen bersejarah .
Seperti Halnya di Rumoh Geudong bisa di bangun Mesium Rumoh Geudong, Masjid bersejarah yang mana nantinya para Ahli Waris korban bisa berdoa di. Setiap saat di masjid tersebut, adanya taman bermain anak, TPA dan ini akan menjadi loaksi Wisata Bersejarah di Provinsi Aceh, pungkasnya
Dana Miliaran yang sudah di luncurkan Pemerintah Aceh melaui Lembaga Resmi BRA yang di Bentuk sebagai Wujud dari implementasi MOU Helsinki, namun pada perjalanan banyak juga korban Konflik belum tersentuh bantuan Pemerintah Indonesia, baik Untuk Eks Kombatan GAM maupun Masyarakat sipil yang mengalami Korban Konflik, baik kekerasan, kehilangan harta benda maupun Penyiksaan, pungkasnya
FKPPA Memintak Pemerintah Indonesia melalui Pemerintah Daerah Aceh untuk menambah kan Suntikan Dana bagi BRA
( Badan Registrasi Aceh) untuk pemberdayaan Korban Konflik, Namun sebelumnya perlu di lakukan Evaluasi terhadap manajemen lembaga BRA baik di tingkat provinsi Aceh maupun di BRA kabupaten / Kota di seluruh Aceh karena banyak yang tidak tepat sasaran, tegasnya.( * )