Dok. foto : Rabee kering dari makanan khas kluet.
GEMARNEWS.COM , OPINI - Kluet adalah sebuah Suku yang mendiami beberapa Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan, yaitu Kecamatan Kluet Utara, Kecamatan Kluet Selatan, Kecamatan Kluet Tengah dan Kecamatan Kluet Timur.
Tetapi etnis yang berada di empat Kecamatan dengan penutur bahasa asli di Pedalaman di Aceh Selatan itu Sekitar 60.000-80.000 jiwa, memiliki banyak jenis makanan khas yang belum tentu ditemukan di pergaulan etnis lain.
Khususnya lagi di pedalaman kluet sendiri yakni suatu daerah yang terpencil di kawasan itu yakni Lawe Sawah( kini Sudah diMekarkan lagi menjadi Desa Lawe Icing Manok). Memiliki makanan yang khas yaitu makanan Kerabu,Majun dan Rabee.

Dok.foto : Rabee basah dari makanan khas kluet
Kuliner khas yang terkenal oleh masyarakat kluet selain Rabee ada juga Majun, Gulai Kemahang, Gulai Lampuang, Gulai Maman, dan masih banyak lagi. Akan tetapi makanan Rabee yang mempunyai ciri khas dari tanah Kluet, Kabupaten Aceh Selatan.
Rabee Jukut Kluet, begitulah masyarakat kluet menyebutnya merupakan kuliner khas yang lezat dari masyarakat kluet, makan ini tidak asing lagi karena makan ini ciri khas masyarakat kluet yang ada di Aceh Selatan, makanan ini biasanya disajikan waktu makmeugang.
Kini, makanan khas itu pun mulai langka, makanan kerabu sendiri terdiri dari atas daging Kerbau atau daging sapi dan dibumbui dengan bawang, minyak kelapa dan ditambah sayur pucuk paku. Seiring dengan perkembangan zaman lalu lintas warga menjadi perkotaan karena tuntutan pekerjaan dan perkawinan antara etnis, makanan khas ini menjadi jarang ditemukan apalagi bahan bakunya berupa sayuran paku mulai langka karena lahan dan hutan tempatnya menjadi area kebun sawit dan lainnya.
Habibul Jafar Sidik Mengatakan " Coba di setiap ada acara di tingkat kecamatan dan kabupaten ada hidangan Rabee dengan demikian Rabee adalah makanan yang harus dibudayakan oleh semua kalangan baik itu pemerintah maupun masyarakat, Setiap ada cara harus di hidangkan menu Rabee bila perlu dibuat Qanun agar memberikan manfaat bagi masyarakat untuk melestarikan adat istiadat atau makanan khas daerah, dengan adanya Qanun tersebut makanan khas yang hampir hilang akan tetap terjaga. "
Makanan lemang yang menggunakan bumbu muda untuk sarana memasaknya, kini sudah langka, bumbu untuk membuat Rabee atau Kerabu sudah mulai hilang di jadikan lahan sawit, bagi sebagian warga kluet, makanan Kerabu atau Rabee masih menghiasi hidangan pada waktu hari Makmeugang padahal, sebelum tahun 1980-an, semua jenis makanan seperti Kerabu dan Rabee menjadi makanan mentradisi sehingga ada ungkapan tanpa Kerabu dan Rabee tidak lengkap Makmeugang.
Kini, makanan semua itu sudah semakin langka, apalagi utamanya di tambah bumbu alamiah, sudah sejak lama tidak terlihat lagi.
Muaiyan " Selaku generasi agen perubahan masyarakat khusus nya Suku kluet harus ada modal dan mental dagang membuka warung makan dengan masakan khas kluet menu Rabee atau Kerabu, Gulai Kemahang, Gulai Maman khusus nya makanan spesial masyarakat Kluet agar masyarakat lain pun turut ikut merasakan makanan Khas dari kluet tersebut. Sehingga makanan khususnya Rabee tersebut tidak hilang begitu saja ditelan oleh zaman. "
Hal senada yang disampaikan oleh Reski Argita “Mungkin menurut saya pribadi pertama yang harus dilakukan adalah mengenalkan kepada generasi muda tentang makanan khas Kluet, bagaimana cara mengelolanya, bagaimana cara kita agar makanan khas ini tetap dilestarikan agar ia tak tertinggal oleh zaman.”
Rabee sangat nikmat akan protein, sangat pas sekali dinikmati dengan keluarga dan kerabat lainnya. Oleh karena itu, kita patut untuk menjaga serta melestarikannya dan mempromosikannya supaya makanan Rabee ini bisa terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia ( WBTBI) agar kehadirannya memperkaya makanan khas kebudayaan Indonesia.
GEMARNEWS.COM ,OPINI - Adapun bahan utama dari pembuatan Rabee atau kerabu yaitu Siapkan setengah atau seperempat kilogram daging kerbau atau sapi, Daging dipotong sebesar ibu jari, dan Siapkan cabe rawit 10 atau 5 biji, cabe merah 2 biji, bawang merah 5 biji, bawang putih 2 biji dan 2 biji kemiri lalu dihaluskan.
Adapun Cara memasak Kerabu atau Rabee adalah sebagai berikut : Daging kerbau ataupun daging sapi yang sudah dipotong dicampurkan dengan bumbu yang yang sudah dihaluskan tadi, ditambah garam secukupnya dan air asam, Lalu direbus dengan air hingga matang, dan Setelah dagingnya matang dipisahkan dengan air, kemudian dagingnya diaduk dengan kelapa gonseng secukupnya dengan menambahkan batang serai, daun jeruk dan daun tapak leman yang masih hijau yang diiris tipis.
Lamkaruna Putra, S. H "Selaku anak muda berpengaruh kepada masa depan bangsa maka anak muda sendiri sebaiknya selalu mempromosikan atau mengenalkan kepada masyarakat luar agar makanan khas kluet ini bisa dikenal oleh banyak orang dengan begitu makanan ini tidak akan punah dari masa ke masa karena sudah banyak dikenal oleh khalayak umum. "
Arba'iyah,S.Sos " Dengan mengenalkan kepada generasi muda bahwa ada makanan khas kluet yang rasanya sangat enak, hal itu bisa dilakukan melalui media sosial dengan menyebarkan gambar maupun tutorial cara membuatnya sehingga banyak yang tahu dan penasaran untuk mencobanya. Hal itu akan berdampak pada popularitas makanan khas tersebut untuk dikenal orang banyak, bukan hanya orang kluet saja namun orang luar juga."
Makanan Rabee biasanya di hidangkan untuk para Raja- Raja Kluet pada masa itu, akan tetapi masyarakat kluet mulai mengelolanya sehingga makanan ini menjadi makanan khas bagi masyarakat kluet.
Menurut pendapat saya, makanan khas kluet itu harus Kita jaga dan Kita Lestarikan lagi supaya anak cucu kita kelak bisa menikmati juga makanan khas kluet itu.
Melestarikan adat budaya, makanan khas yang menjadi ciri khas dari masyarakat kluet adalah suatu yang wajib kita jaga bersama-sama supaya makanan khas ( Rabee atau Kerabu) bisa kita nikmati secara bersama-sama, kalau bukan kita yang menjaga kelestarian makanan kluet ini siapa lagi.
Regenerasi boleh berubah, akan tetapi kebudayaan tradisi makanan tradisional jangan berubah.
Mene oyak kito isean lain no
( kalau bukan kita siapa lainnya)
Penulis : Syahrul Amin