Notification

×

Iklan ok

Uang Belanja Itu Kebutuhan Rumah, Atau Kebutuhan Istri?

Selasa, 21 Mei 2024 | 13.19 WIB Last Updated 2024-05-21T06:20:09Z



Dok.foto Penulis : Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag

GEMARNEWS.COM , OPINI - Kita melihat bahwa fenomena di masyarakat sebagian suami setelah memberikan uang belanja menganggap sudah selesai tugasnya. Beliau tidak peduli lagi apakah uang belanja itu cukup atau tidak. 

Ada juga suami yang tidak memberikan uang belanja, pekerjaan rumah pun ia tidak peduli. Kerjaannya makan, tidur, main gadged, nongkrong dengan kawan-kawan di warkop atau kafe, pulang ke rumah marah-marah. Untuk nongkrong dengan kawan-kawan beli rokok ia ada uang, untuk keperluan dirumah tidak dia berikan kepada istri. 

Tidak heran kemudian kita melihat, istri nampak sangat lelah, stres, depresi sampai ada yang sakit-sakitan. Apakah ini penyebab melonjaknya kasus gugat cerai di Aceh? Kasus perceraian di Aceh kita lihat tahun 2023 ada 6091 perkara, dengan cerai gugat  sebanyak 4.726 perkara seperti yang diberitakan BITHE.com dengan sumber informasi dari Mahkamah Syar'iyah. Sebuah angka yang sangat besar. Atau ini disebabkan pemahaman bahwa pekerjaan rumah itu bukan tugas suami, tapi tugas istri? Apa benar demikian? 

A.Kewajiban Suami Dan Istri 

Kewajiban suami adalah mencukupi kebutuhan rumah tangga. Apa saja kebutuhan rumah tangga? Kebutuhannya antara lain makanan (beras, ikan, sayur, bumbu dapur, gas/minyak kompor/kayu bakar dan lain-lain sesuai kebutuhan masing-masing rumah tangga), pakaian, tempat tinggal, biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, listrik, air, kebutuhan anak, kendaraan, hiburan, liburan dan lainnya sesuai standar ekonomi masing-masing rumah tangga.  

Dengan demikian, uang belanja yang diberikan suami baik itu perhari, perminggu, atau perbulan adalah untuk kebutuhan rumah tangga, untuk kebutuhan suami dan anak-anak, bukan untuk kebutuhan istri, istri  membantu mengelola uang yang diberikan suami. Lalu bagaimana jika uang belanja yang diberikan suami tidak cukup? Ada banyak istri tidak berani bilang, takut suami  marah dan berkata: "kok cepat kali habis uangnya, gak tau kamu susah cari uang?" Karena takut dimarahi suami, istri mencari tempat berutang kesana, kemari. Setelah dapat tempat berutang, istri bingung tidak bisa membayarnya. Ini salah satu kesalahan dalam rumah tangga, buruknya komunikasi. 

Ketika uang tersebut tidak cukup, tentunya wajib bagi istri menyampaikan kepada suami,  untuk ditindak lanjuti. Tidak wajib bagi istri untuk mencukupinya, tapi boleh bagi istri jika ingin membantu suami mencukupi uang belanja atau mencukupi kebutuhan rumah tangga.    

Bagaimana maksud untuk ditindaklanjuti? Maksudnya, jika suami masih ada persediaan uang, tindak lanjutnya adalah memberikan tambahan uang belanja, agar bisa tercukupi kebutuhan rumah karena itu kewajiban suami. Jika tidak ada uang, tindak lanjutnya adalah suami mengajarkan anak juga istri bersabar dan berhemat. 

Tindak lanjut lainnya adalah suami, istri  berbagi peran dan berbagi tugas dalam rumah tangga. Sebagai contoh ketika Istri sibuk masak agar hemat jangan beli, maka suami sebelum berangkat kerja bisa membantu istri menjaga anak atau membantu istri memandikan anak, memakaikan baju anak. Setelah selesai istri menyiapkan sarapan pagi, suami sambil makan sendiri bisa membantu istri menyuapin anak makan, lalu sambil berangkat kerja suami bisa mengantar sekolah anak. Sehingga istri punya waktu untuk membersihkan diri, makan dan membereskan pekerjaan rumah lainnya seperti mencuci baju, mencuci piring, setrika baju, beres-beres rumah, belanja, masak untuk makan siang dan makan malam. 

Ketika suami pulang kerja, ada pekerjaan rumah yang belum sempat dikerjakan istri karena istri sibuk menjaga anak, maka setelah istirahat sepulang kerja dan makan,  suami dapat membantu istri di rumah, pada intinya dalam rumah tangga adalah saling membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.  Jika demikian, suami-istri saling berbagi peran dan berbagi tugas, tentu rumah tangga akan indah dan harmonis. 

Namun jika sebaliknya, suami cuek, sibuk main handphone, gak open, gak peduli, gak perhatian, gak mau mendengar curhat istri, gak mau membantu istri, tidak sayang sama istri,  tidak heran suasana rumah seperti neraka. Wajah lelah istri, istri kehilangan senyum, istri stres akan mewarnai rumah, rumah menjadi suram dan buram. Jika seperti ini pola hubungan yang dibangun dalam rumah tangga, apakah mungkin terbina keluarga harmonis (keluarga sakinah mawaddah warahmah)? Tentu tidak.


B. Kebutuhan Istri 

Sebelum menikah perempuan itu rapi, chantik terawat, sehat, setelah menikah banyak wanita tampil sebaliknya, kucel, tidak terurus, tidak sempat mengurus diri karena sibuk mengurus suami, melayani suami, mengurus rumah, mengurus anak dan lainnya urusan rumah. Siang malam masih bekerja, untuk menyelesaikan urusan rumah tangga. 

Perempuan setelah menikah kita lihat sering sakit-sakitan karena tekanan rutinitas pekerjaan rumah, masalah anak, tidak ada waktu istirahat, bekerja siang malam, apalagi yang suaminya pelit, tidak ada hiburan, suami tidak perhatian, suka marah-marah,  perhitungan, tidak peduli,  suka bersikap kasar, berkata kasar  atau buruknya komunikasi antara suami istri menjadi istri tertekan dalam rumah tangga. 

Berbanding terbalik dengan laki-laki. Laki-laki setelah menikah, rapi, terawat dan sehat kecuali ada penyakit bawaan. 

Dalam Realita tersebut kita bisa melihat bahwa kebutuhan istri itu sangat sederhana, yaitu di dengar curhatnya, dibantu pekerjaan rumahnya jika suami sedang tidak bekerja, disayang, diperhatikan, dimuliakan, baik dengan sikap atau kata-kata yang baik. 

Istri bisa bersabar dengan kurang uang belanja, istri masih bisa mengatur uang belanja yang kurang,  bisa dicukup-cukupi.  Tapi jika kurang perhatian, tidak dibantu, tidak di dengar curhatnya, tidak ada ucapan "sayang, terimakasih ya, siang salam sudah mengurus rumah dan anak-anak", maka  ini menjadi masalah besar, istri bisa hilang semangat, hilang motivasi untuk mengerjakan pekerjaan rumah, hilang motivasi melayani suami dan merawat anak-anak.   

Kita melihat, banyak istri tidak diperlakukan dengan baik oleh suaminya.  Bukankah  istri itu ketika dilamar diminta baik-baik kepada  orang tuanya untuk menjadi ratu di dalam rumah tangga, untuk membantu suami (bukan untuk menjadi pembantu), untuk menemani suami dalam keadaan suka dan duka (bukan ditinggalkan ketika suami sudah berjaya),  untuk disayang oleh suami, di jaga,  diperhatikan, dicukupi kebutuhannya semampu suami, bukan untuk menjadi pembantu seperti yang banyak kita lihat saat ini. 

Jika tidak disayang, tidak diperhatikan, tidak dibantu, tapi dijadikan pembantu, apalagi tidak dikasih uang belanja,  dimarah-marahin, perempuan mana yang mau diajak menikah? Moga ini dapat menjadi bahan renungan bagi para suami. Tidak heran kemudian kita mendengar perempuan banyak yang ingin sendiri "lebih baik sendiri, gak ada guna suami". Tidak heran kemudian kita lihat banyak istri meminta pasak dari suami ada 4.726 kasus di tahun 2023. 

Ini sinyal bahwa rumah tangga muslim sedang tidak baik-baik saja, ini sinyal tidak baik untuk generasi Islam mendatang. Ini juga menjadi sinyal bahwa kurangnya pemahaman suami terhadap kewajiban dan tanggung jawab dalam berumah tangga, dan ini perlu dibekali sebelum pasangan hendak menikah. 

Salah satu tujuan dari syari'at Islam adalah menjaga keturunan. Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika  generasi  tidak mau menikah? Tentu akan marak terjadi perzinaan yang akan menghancurkan keturunan dan menghancurkan generasi Islam. Jika rumah tangga bermasalah, maka kemungkinan besar akan lahir generasi bermasalah di masa mendatang. 

Kebutuhan istri lainnya adalah kebutuhan materi. Kebutuhan ini sangat tergantung pada keinginan dan tuntutan suami, jika suami ingin istri chantik, tentu istri butuh uang untuk perawatan diri, untuk belanja mempercantik diri. Jika suami tidak menuntut demikian istripun biasanya bisa bersabar, bisa menyesuaikan diri dengsn kondisi dan keadaan suami.   

Contoh lain, jika suami ingin istrinya cerdas, bisa tampil di depan orang, tentu istri butuh uang untuk kuliah untuk belajar. Jadi, kebutuhan istri itu sejalan dengan keinginan dan tuntutan suami. Semakin tinggi tuntutan suami, tentu semakin tinggi kebutuhan istri untuk hal tersebut untuk menyenangkan suami. 

Suami pelit, hobi marah-marah, tidak peduli,  lalu mengatakan rumput tetangga lebih segar, lebih subur.  Wajarlah, tetangga lebih bagus dan lebih baik merawatnya itu sebab lebih subur.  Jika rumput di rumah ingin segar dan subur, rawatlah ia dengan baik, sayangi ia yaitu Istri.



Penulis : Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag
Dosen Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh. 

×
Berita Terbaru Update