Notification

×

Iklan ok

JANGAN MENDUAKAN MUHAMMADIYAH

Sabtu, 06 Juli 2024 | 14.29 WIB Last Updated 2024-07-06T07:29:59Z
GEMARNEWS,OPINI - Pesan yang paling fundamental dari Kiyai Ahmad Dahlan untuk membesarkan nama Muhammadiyah ialah terkait dengan kesungguhan hati ketika telah memilih menjadi bagian dari warga Muhammadiyah. Bermuhammadiyah dari masa ke masa memang terjadi perubahan dalam nuansa perjalanannya dikarenakan keniscayaan pada ruang dan waktunya.

Setiap era kepemimpinan dan setiap pencapaian amal usaha Muhammadiyah pun beragam dari yang memulai merintis bawah, berkembang, maju sampai pada telah mampu melebarkan sayap untuk memperbanyak hasil pencapaian amal usaha. Kemampuan berorganisasi dan memahami agama itu tak semudah dibayakankan, sebab pada realitas nya tidaklah begitu mudah untuk mengintegrasikannya. 

Situasi kali ini juga membuat dinamika berorganisasi semakin penuh varian, ibaratnya 1 tubuh tapi sejuta kostum busana penampilan pada afiliasi nya masing-masing baik itu institusi pemerintahan, swasta, organisasi masyarakat, ormas islam, asosiasi, komunitas, etnis, ikatan, perkumpulan, keluarga alumni, dan lainnya. 

Hal ini membuat orang-orang yang Bermuhammadiyah bagianan seribu tubuh jika begitu banyak mengambil peran aktif dalam berbagai struktural keorganisasian. Jika terlalu multi organisasi saja dapat membuat gerak langkah semakin menyulitkan diri sendiri, apalagi jika menjadi terlalu multi varian dalam berorganisasi. 

Kenapa manusia modern saat ini ketika berorganisasi menjadi terlalu banyak wadah dan afiliasi, tentu jawaban nya sangat spekulauif yang pada intinya adalah kebutuhan untuk bermasyarakat, membuktikan Kemampuan diri, menjaga eksistensi, membangun personal branding, melahirkan kharismatik, sampai pada tujuan ingin semakin populer, terkenal, teratas dan jadi sorotan atau buah bibir. Ini kembali kepada setiap individu itu sendiri terhadap keinginan dan kebutuhannya ketika berorganisasi.

Jangan menduakan Muhammadiyah adalah sebuah pesan wasiat yang sangat tegas dan juga dapat dipahami bahwa, jika Bermuhammadiyah jangan pernah untuk menduakan nya karena maksud dan tujuan lainnya. 

Selama ini Muhammadiyah selaku dikenal paling inklusif, terbuka dan sangat toleran otentik hingga tak pernah terlihat dari sisi ketegasan dan ultimatum yang padahal banyak nasihat kiyai Ahmad Dahlan itu jika dikaji dari berbagai keilmuan dapat dimakanai ketegasan, komitmen dan keseriusan yang jua ultimatum berorganisasi. 

Tujuannya agar tidak dengan mudahnya mempermainkan Muhammadiyah dan menduakan Muhammadiyah dengan yang lainnya dikarenakan terlalu mengucilkan atau meremehkan. 

Jangan menduakan Muhammadiyah menjadi tantangan tersendiri bagi para warga dan kader Muhammadiyah jiah terjebak pada opsi atau pilihan sulit yang kelak akan menduakan Muhammadiyah khsusnya dalam ranah amal usaha Muhammadiyah, profesi pekerjaan dan karir kehidupan. Menduakan muncul bermula dari ketidakpuasan, kekecewaan dan kebencian terhadap sesuatu yang tak lagi bisa dihindari dan dikendalikan oleh dirinya sendiri. 

Seharusnya sebagai warga dan kader Muhammadiyah itu memang haruslah konsisten dan komitmen dengan Muhammadiyah taboa harus menduakan nya baik secara sembunyi apalagi terang-terangan, sebab akan melahirkan varian paham pemikiran, keberagaman model sikap dan munculnya multi rujukan yang semakin bergeser dalam Muhammadiyah.

Potensi menduakan Muhammadiyah umumnya jika tidak lagi jadi pimpinan struktural, ketika menjadi alumni yang tak dianggap, hubungan relasi antar sesama Muhammadiyah yang semakin renggang terpisah, masuk dalam ranah persoalan pribadi dan juga polemik lainnya. 

Jangan sampai memiliki sikap menduakan Muhammadiyah apalagi jadi plin plan, keluar masuk dan bergonta-ganti organisasi karena orientasi pragmatis-oportunis mutlak. Harus tegas memilih, jika masih sanggup dan kuat bertahan di Muhammadiyah maka setialah, jika tidak maka pamitlah permisi agar tidak menduakan Muhammadiyah.

Pesan Kiyai Ahmad Dahlan tentang jangan menduakan Muhammadiyah sebagai inti itu, bukan pula dijadikan alat saling menuding secara frontal. Melainkan dengan teologi Wal Asri yang telah diajarkan oleh Kiyai Ahmad Dahlan agar lebih bijaksana dalam saling mengingatkan kebenaran dan saling mengingatkan dalam kesabaran yang pada dasarnya sama-sama bisa diposisi itu. 

Bermuhammadiyah tanpa harus menduakan, menghancurkan dan merusak organisasinya karena kepentingan sesaat. Kembalikan pada nilai adab dan akhlak serta nilai ikhlas dan istiqomah ketika bermuhammadiyah. Sebab hanya amalan kebaikan lah yang dapat menolong dan juga dengan ketakwaan itu yang akan menjadikan manusia itu mulia di sisi Allah dengan jalan gerakan dakwah persyarikatan Muhammadiyah.

Penulis : As'ad Bukhari, S.Sos., MA
Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemajuan

×
Berita Terbaru Update