BANDA ACEH, GEMARNEWS.COM - Universitas
Muhammadiyah Aceh (UNMUHA) melalui program hibah Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat
Pengabdian Masyarakat Pemula bermitra dengan Puskesmas Montasik berhasil
menekan risiko bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan mengembangkan Inovasi “jatmiko”
yaitu “Jemput AnTar ibu haMIl berisiKO” dengan pendekatan Continuity of Care
(CoC) dan Interprofesional Education (IPE), Interprofesional
Collaboration (IPC). Inisiatif ini dipimpin oleh Dr. Maidar, M.Kes dan
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Montasik, Kecamatan Montasik, Kabupaten
Aceh Besar. Rabu, (9/10/2024).
Program ini melibatkan
dosen dan mahasiswa dari Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat. Tim yang
terdiri dari Dr. Radhiah Zakaria, M.Sc, Dharina Baharuddin, SKM, MKM, PhD, Sri
Alna Mutia, S.Ftr, MKM, dan dua mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Aceh, yaitu Marlina, MKM dan Cholila, MKM, telah
menunjukkan keberhasilan penurunan risiko BBLR pada ibu hamil Kurang Energi
Kronik (KEK) di Kecamatan Montasik.
Selama
kegiatan PKM, tim dosen dan mahasiswa bersama mitra dari Puskesmas Montasik
berhasil memantau dan memberikan asuhan yang komprehensif terhadap 20 ibu hamil
KEK dengan melakukan asuhan pada ibu hamil sesuai standar, serta menekankan
pada pengelolaan ibu hamil KEK dengan berbagai masalahnya. Dari 20 ibu hamil
KEK ditemukan 50% ibu dengan masalah anemia, 35% Lingkar Lengan Atas (LiLA)
kurang dari 21,8 cm, 65% Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil kurang dari
18,5. Ditinjau dari akses pelayanan, masih ditemukan 10% ibu hamil KEK
mengakses pelayanan kesehatan pada usia kehamilan menginjak 16-20 minggu.
Dr. Maidar,
M.Kes menyatakan bahwa program PKM ini merupakan bagian dari komitmen UNMUHA
untuk memberikan kontribusi nyata menciptakan model asuhan yang dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Montasik, dalam upaya percepatan penurunan
stunting dengan menekan kasus BBLR. Lebih lanjut Maidar mengatakan bahwa ibu
hamil KEK adalah produsen stunting, sehingga provider kesehatan perlu melakukan
upaya intervensi sedini mungkin. Berdasarkan data 2023, prevalensi stunting masih
berada pada tingkat 20% di Kecamatan Montasik.
“Pendekatan
CoC menekankan bahwa ibu mendapatkan asuhan yang komprehensif, berkelanjutan
dengan memantau tingkat pertambahan berat badan ibu pada setiap kunjungan
pemeriksaan kehamilan. Indikator pertambahan berat badan pada ibu hamil KEK
diharapkan pada kehamilan 3 bulan naik 2 kg, kehamilan 6 bulan bertambah 7 kg
dan pada 9 bulan kehamilan dapat bertambah sekitar 6 kg, jadi pada akhir
kehamilan diharapkan pertambahan berat badan ibu menjapai 12,5-18 kg. Disamping
memantau pertambahan berat badan, kadar Hb ibu juga harus diperhatikan terutama
ibu hamil yang mengalami anemia berat”.
“Selama
kegiatan PKM, dari 20 ibu hamil KEK yang mendapatkan pemantauan dan asuhan CoC
dan IPE, maka 5 diantaranya telah melahirkan, dan alhamdulillah berat badan
lahir diatas 2500gram” ungkap Yulidar Zakaria, S.Gz, selaku Kepala Puskesmas
Montasik yang didampingi Bidan Koordinator Nurul Fitri, SKM dan Penanggungjawab
Program Gizi Yuliana, A.MG.
Lebih lanjut,
Dr. Maidar, M.Kes menambahkan, “interprofesional education dan
interprofessional collaboration Tim PKM menjadi fokus, karena masalah kesehatan
adalah masalah yang komplek. CoC, IPE, IPC adalah problem solving provider
kesehatan dalam meningkatkan kesadaran ibu hamil, keluarga dalam mendampingi
ibu hamil berisiko, salah satunya adalah ibu hamil KEK.
Kegiatan ini
didanai oleh Hibah Kemenristekdikti dan bertujuan untuk mengembangkan inovasi
yang telah diimplementasikan oleh mitra kegiatan selama ini yaitu “Jatmiko”
dengan model intervensi continuity of care dan interprofesional education dan
collaboration, dengan harapan dapat menekan BBLR, morbiditas dan mortalitas
pada ibu dan bayi di wilayah Puskesmas Montasik. (red)