Notification

×

Iklan ok

Ketika Uang Tak Lagi Berbicara: Mengapa Karyawan Hebat Memilih Pergi?

Rabu, 25 Desember 2024 | 23.58 WIB Last Updated 2024-12-25T16:58:51Z

 Oleh :

Dr.Febyolla Presilawati SE.MM.
Dosen Tetap Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Aceh.
Kepala  lembaga Kantor Urusan International dan Kerjasama UNMUHA.




GEMARNEWS.COM - Ada satu pelajaran yang sering terlewat dalam perjalanan sebuah perusahaan _ uang dapat membeli waktu seseorang, tetapi tidak selalu mampu membeli hatinya. Di balik tumpukan slip gaji yang berkilau, ada cerita tentang jiwa-jiwa yang merasa hampa. Mereka, karyawan terbaik, bukan hanya bekerja untuk angka di rekening, tetapi untuk makna yang lebih besar.

 

 

Mencari Makna di Antara Angka

 

Karyawan hebat adalah pelukis ambisi; mereka menciptakan karya di kanvas pekerjaan. Namun, apa gunanya karya jika tidak ada yang memandangnya? Apa artinya upaya jika tidak ada tepuk tangan yang merayakannya? Gaji tinggi, bonus besar—semua itu hanya kebisingan jika tidak disertai pengakuan.

“Berikan aku ucapan terima kasih yang tulus, dan aku akan melampaui ekspektasimu. Tetapi jika hanya angka yang kau suguhkan, aku mungkin akan pergi mencari arti di tempat lain,” begitu kira-kira isi hati seorang karyawan yang merasa tak dihargai.

 

 

Waktu yang Tak Bisa Dibeli

 

Waktu adalah harta paling mahal di dunia ini, dan karyawan terbaik tahu betul nilainya. Mereka tidak hanya ingin bekerja; mereka ingin hidup. Ketika jam kerja terlalu panjang, ketika akhir pekan hanyalah ilusi, mereka mulai bertanya: untuk apa semua ini?

“Uang memberiku rumah, tapi aku tak pernah ada di dalamnya. Memberiku waktu liburan, tapi aku terlalu lelah untuk menikmatinya,” kata seorang mantan eksekutif. Pada akhirnya, mereka memilih pergi, bukan karena mereka tidak menghargai uang, tetapi karena mereka lebih menghargai hidup.

 

 

Impian yang Tertahan

 

Karyawan terbaik tidak hanya bekerja untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan. Mereka adalah pelari jarak jauh yang terus mencari tantangan baru. Jika perusahaan tidak memberi ruang untuk tumbuh, mereka akan merasa seperti burung di sangkar emas: indah, tetapi terkurung.

“Mimpiku tak bisa dibiarkan membeku. Jika di sini aku tidak bisa berkembang, maka aku akan terbang ke tempat lain,” ujar seorang profesional muda yang memilih meninggalkan zona nyamannya demi harapan baru.

 

 

Apa yang Harus Dilakukan?

 

Jika uang adalah suara yang mulai memudar, maka perusahaan perlu berbicara dalam bahasa yang lebih halus: bahasa hati.

1. Berikan Pengakuan Tulus

Setiap usaha, sekecil apa pun, pantas dirayakan. Sebuah ucapan terima kasih, selembar sertifikat, atau bahkan senyuman tulus bisa menjadi hadiah yang lebih berharga daripada angka di slip gaji.

2. Hargai Kehidupan di Luar Pekerjaan

Berikan waktu kepada karyawan untuk hidup, bukan hanya bekerja. Jam kerja yang manusiawi atau fleksibilitas adalah hadiah terbaik yang bisa diberikan perusahaan.

3. Buka Sayap Mereka

Berikan ruang bagi mereka untuk bermimpi dan berkembang. Latih mereka, tantang mereka, percayai mereka. Jika mereka tumbuh, perusahaan pun akan ikut tumbuh.

 

 

Dialog dengan Jiwa

 

Karyawan hebat adalah jiwa-jiwa yang mencari arti, bukan hanya angka. Jika perusahaan ingin mereka tetap tinggal, maka harus berbicara dalam bahasa yang tak bisa dihitung oleh kalkulator: penghargaan, waktu, dan impian.

Sebab pada akhirnya, karyawan hebat akan memilih tinggal di tempat di mana mereka merasa hidup, bukan hanya bekerja. Tempat di mana mereka dihargai, diberi ruang untuk bermimpi, dan diberi waktu untuk menjadi manusia.

Apakah perusahaan Anda sudah berbicara dalam bahasa itu?

 

Referensi :

1. Pfeffer, J. (2010). Power: Why Some People Have It and Others Don't. Harper Business.
2. Kohn, A. (1993). Punished by Rewards: The Trouble with Gold Stars, Incentive Plans, A's, Praise, and Other Bribes. Houghton Mifflin Harcourt.
3. Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The "What" and "Why" of Goal Pursuits: Human Needs and the Self-Determination of Behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227-268.
4. Pink, D. H. (2009). Drive: The Surprising Truth About What Motivates Us. Riverhead Books.
5. Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.
6. Dutton, J. E., & Heaphy, E. D. (2003). The Power of High-Quality Connections. The Academy of Management Executive, 17(3), 65-79.
7. Harter, J. K., Schmidt, F. L., & Keyes, C. L. M. (2003). Well-Being in the Workplace and Its Relationship to Business Outcomes: A Review of the Gallup Studies. In Flourishing: Positive Psychology and the Life Well-Lived, 205-224. American Psychological Association.
8. Maslow, A. H. (1943). A Theory of Human Motivation. Psychological Review, 50(4), 370-396.
 

×
Berita Terbaru Update