Oleh :
Dr.Febyolla Presilawati SE.MM.
Dosen Tetap Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah
Aceh.
Kepala lembaga Kantor Urusan International dan
Kerjasama UNMUHA.
GEMARNEWS.COM - Ada satu pelajaran yang sering terlewat dalam perjalanan
sebuah perusahaan _ uang dapat membeli waktu seseorang, tetapi tidak selalu
mampu membeli hatinya. Di balik tumpukan slip gaji yang berkilau, ada cerita
tentang jiwa-jiwa yang merasa hampa. Mereka, karyawan terbaik, bukan hanya
bekerja untuk angka di rekening, tetapi untuk makna yang lebih besar.
Mencari Makna di
Antara Angka
Karyawan hebat adalah pelukis ambisi; mereka menciptakan
karya di kanvas pekerjaan. Namun, apa gunanya karya jika tidak ada yang
memandangnya? Apa artinya upaya jika tidak ada tepuk tangan yang merayakannya?
Gaji tinggi, bonus besar—semua itu hanya kebisingan jika tidak disertai
pengakuan.
“Berikan aku ucapan terima kasih yang tulus, dan aku akan
melampaui ekspektasimu. Tetapi jika hanya angka yang kau suguhkan, aku mungkin
akan pergi mencari arti di tempat lain,” begitu kira-kira isi hati seorang
karyawan yang merasa tak dihargai.
Waktu yang Tak
Bisa Dibeli
Waktu adalah harta paling mahal di dunia ini, dan
karyawan terbaik tahu betul nilainya. Mereka tidak hanya ingin bekerja; mereka
ingin hidup. Ketika jam kerja terlalu panjang, ketika akhir pekan hanyalah
ilusi, mereka mulai bertanya: untuk apa semua ini?
“Uang memberiku rumah, tapi aku tak pernah ada di
dalamnya. Memberiku waktu liburan, tapi aku terlalu lelah untuk menikmatinya,”
kata seorang mantan eksekutif. Pada akhirnya, mereka memilih pergi, bukan
karena mereka tidak menghargai uang, tetapi karena mereka lebih menghargai
hidup.
Impian yang
Tertahan
Karyawan terbaik tidak hanya bekerja untuk hari ini,
tetapi juga untuk masa depan. Mereka adalah pelari jarak jauh yang terus
mencari tantangan baru. Jika perusahaan tidak memberi ruang untuk tumbuh,
mereka akan merasa seperti burung di sangkar emas: indah, tetapi terkurung.
“Mimpiku tak bisa dibiarkan membeku. Jika di sini aku
tidak bisa berkembang, maka aku akan terbang ke tempat lain,” ujar seorang
profesional muda yang memilih meninggalkan zona nyamannya demi harapan baru.
Apa yang Harus
Dilakukan?
Jika uang adalah suara yang mulai memudar, maka
perusahaan perlu berbicara dalam bahasa yang lebih halus: bahasa hati.
1. Berikan Pengakuan Tulus
Setiap usaha, sekecil apa pun, pantas dirayakan. Sebuah
ucapan terima kasih, selembar sertifikat, atau bahkan senyuman tulus bisa
menjadi hadiah yang lebih berharga daripada angka di slip gaji.
2. Hargai Kehidupan di Luar Pekerjaan
Berikan waktu kepada karyawan untuk hidup, bukan hanya
bekerja. Jam kerja yang manusiawi atau fleksibilitas adalah hadiah terbaik yang
bisa diberikan perusahaan.
3. Buka Sayap Mereka
Berikan ruang bagi mereka untuk bermimpi dan berkembang.
Latih mereka, tantang mereka, percayai mereka. Jika mereka tumbuh, perusahaan
pun akan ikut tumbuh.
Dialog dengan
Jiwa
Karyawan hebat adalah jiwa-jiwa yang mencari arti, bukan
hanya angka. Jika perusahaan ingin mereka tetap tinggal, maka harus berbicara
dalam bahasa yang tak bisa dihitung oleh kalkulator: penghargaan, waktu, dan
impian.
Sebab pada akhirnya, karyawan hebat akan memilih tinggal
di tempat di mana mereka merasa hidup, bukan hanya bekerja. Tempat di mana
mereka dihargai, diberi ruang untuk bermimpi, dan diberi waktu untuk menjadi
manusia.
Apakah perusahaan Anda sudah berbicara dalam bahasa itu?
Referensi :