Notification

×

Iklan ok

Potret Kinerja APBN Regional Aceh per 31 Desember 2024

Kamis, 30 Januari 2025 | 19.54 WIB Last Updated 2025-01-30T12:54:42Z


BANDA ACEH GEMARNEWS.COM – Asset & Liabilities Committee (ALCo) Regional Aceh 
merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal  
Perbendaharaan (DJPb) setiap bulan bersama dengan rekan-rekan Kementerian Keuangan 
(Kemenkeu-Satu) Aceh yaitu Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Direktorat Jenderal Bea dan 
Cukai (DJBC), dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) untuk mendiskusikan 
bagaimana realisasi APBN Regional Aceh, baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. (30/1/2025)



ALCo Regional Aceh melaporkan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 
Regional Aceh s.d. 31 Desember 2024.

  
Realisasi APBN Regional s.d. 31 Desember 2024 mencatat total pendapatan Rp7,75 T 
(108,34%) dan total belanja Rp51,44 T (98,95%). Pendapatan tersebut terdiri dari penerimaan 
pajak sebesar Rp6,09 triliun, atau terealisasi 100,84% dari target dan penerimaan 
perdagangan internasional, termasuk bea dan cukai sebesar Rp380,92 miliar, atau telah 
terealisasi sebesar 102,78% dari target. Selain itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 
juga berkinerja baik dengan penerimaan sebesar Rp1,28 triliun, atau telah terealisasi 171,99% 
dari target sebagai akibat meningkatnya Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) di bidang 
kesehatan dan pendidikan. 


Untuk PNBP yang dikelola oleh DJKN Aceh, salah satu kontributor utama adalah penerimaan 
dari lelang yang mengalami kenaikan sebesar 7,89%, mencapai Rp4,67 miliar. Selain itu, 
realisasi pokok lelang juga menunjukkan tren positif dengan kenaikan sebesar 8,36%, atau 
menjadi Rp132,79 miliar. Dalam aspek pengelolaan piutang negara, penerimaan dari Biaya 
Administrasi Piutang Negara meningkat hingga 13,30%, mencapai Rp88,29 juta. Di sisi lain, 
DJKN mencatat adanya penurunan Outstanding Piutang Negara sebesar 4,36%, dengan total 
penyusutan mencapai Rp6,49 miliar.

Sementara itu, Saldo Berkas Kasus Piutang Negara 
berhasil dikurangi sebanyak 7,74%, sehingga kini tersisa 174 berkas. 
Capaian ini mencerminkan upaya DJKN dalam mengoptimalkan penerimaan negara serta 
mengelola aset dan piutang secara lebih efektif. 


Ke depan, DJKN berkomitmen untuk terus 
meningkatkan efisiensi pengelolaan kekayaan negara guna mendukung stabilitas dan 
pertumbuhan ekonomi nasional. 
Realisasi belanja APBD (konsolidasi) s.d. 31 Desember 2024 sebesar Rp37,12 triliun (91,24%) 
yang didominasi oleh belanja operasi senilai Rp25,90 triliun, berkontribusi 69,78% terhadap 
jumlah belanja daerah. Realisasi belanja modal cukup menggembirakan karena mencapai 
Rp3,86 triliun atau 96,76%.  Sementara itu, realisasi pendapatan APBD Provinsi Aceh s.d. 31 
Desember 2024 sebesar Rp36,26 triliun (91,88%).


Kontributor terbesar pendapatan APBD 
masih pada pendapatan dari dana transfer senilai Rp30,31 triliun atau sebesar 83,57% dari 
jumlah pendapatan daerah secara keseluruhan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 
Rp5,86 triliun (96,90%). Angka tersebut mengalami peningkatan dibanding bulan yang sama 
tahun lalu, yakni sebesar 10%, bertambah sekitar Rp0,53 triliun. 

Badan Pusat Statistik telah mengeluarkan rilis pertumbuhan ekonomi triwulan III dan mencatat 
pertumbuhan Aceh sebesar 5,17% yoy. Untuk pertumbuhan ekonomi tahunan, akan dirilis 
pada Februari nanti. 


Menarik untuk melihat bagaimana pertumbuhan ekonomi Aceh tahunan 
mengingat pada triwulan IV ada banyak serapan belanja pemerintah yang lebih besar dari 
triwulan sebelumnya—apakah mampu menjadi stimulus/penggerak perekonomian daerah. 


Pada bulan Desember 2024, inflasi Aceh yoy sebesar 2,17%, inflasi ytd 2,17%, dan inflasi mtm 
sebesar 0,57%. Inflasi secara yoy ini sudah berada di dalam sasaran inflasi 2,5 +/- 1%. Artinya, 
inflasi masih terkendali. Inflasi secara yoy didorong oleh naiknya indeks kelompok 
pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,12%, kelompok 
pakaian dan alas kaki sebesar 0,33%, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar 
rumah tangga sebesar 2,73%, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin 
rumah tangga sebesar 1,04%, kelompok kesehatan sebesar 1,16%, kelompok rekreasi, 
olahraga, dan budaya sebesar 2,90%, kelompok pendidikan sebesar 1,36%; kelompok 
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,22%; dan kelompok perawatan pribadi 
dan jasa lainnya sebesar 5,99%.   
Berdasarkan komoditas, inflasi mtm Aceh didorong oleh komoditas seperti telur ayam ras, ikan 
bandeng/ikan bolu, ikan tongkol/ikan ambuambu, beras, ikan kembung/ikan gembung/ ikan 
banyar/ikan gembolo/ ikan aso-aso, minyak goreng, kelapa, cabai rawit, ikan dencis, dan 
daging ayam ras. Sementara itu, komoditas seperti tomat, jeruk, jeruk nipis/limau, emas 
perhiasan, dan angkutan udara tercatat mengalami deflasi terbesar.   



Untuk analisis tematik, tim ALCo masih menyoroti persoalan ketahanan pangan di Aceh, 
terutama dari komponen pembentuk indikator ketahanan pangan itu sendiri. Namun, di sisi 
keterjangkauan dan pemanfaatan, masih belum sebaik angka ketersediaan. Hal ini 
menciptakan isu, utamanya pada stabilitas harga dan kualitas pangan itu sendiri, diperkuat 
dengan berbagai masalah pada indikator social-kesehatan yang berkaitan dengan kebutuhan 
pangan. 


Peran Kanwil DJPb sebagai Regional Chief Economist memerlukan peningkatan kerja sama 
dengan stakeholders yang memahami kondisi perekonomian daerah baik dari praktisi maupun 
akademisi. Kanwil Ditjen Perbendaharaan terbuka untuk berkolaborasi dengan semua 
pemangku kepentingan di Aceh baik itu untuk kebutuhan data maupun kajian bersama demi 
sebesar-besarnya kebermanfaatan bagi masyarakat Aceh. (red)



×
Berita Terbaru Update