Notification

×

Iklan ok

Beasiswa Sang Surya dan Spirit Pendidikan untuk Semua

Rabu, 05 Maret 2025 | 23.29 WIB Last Updated 2025-03-05T16:30:01Z




GEMARNEWS.COM, JATENG - Melalui LazisMu, Muhammadiyah menginisiasi sebuah beasiswa yang tidak sektarian. Bantuan biaya pendidikan ini dikenal dengan nama “Beasiswa Sang Surya”. Baik itu Muslim maupun non-Muslim, sama-sama memiliki kesempatan yang setara untuk mendapatkan beasiswa ini.

Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani PWM Jawa Tengah Hammam Sanadi menceritakan bahwa beasiswa ini pertama kali diterapkan pada tahun 2023. Kala itu, terdapat siswa dari Sekolah Indonesia Kota Kinabalu yang ingin melanjutkan jenjang studi di Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga.

“Mereka kemudian difasilitiasi oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Salatiga, tinggal di MBS (Muhammadiyah Boarding School) dekat SMA Muhammadiyah. Awalnya berjumlah 25, tetapi ada dua orang yang kemudian diterima di UNS. Selebihnya masih belajar di UIN dan tinggal di MBS,” tutur Hammam dalam keterangannya pada Senin, (3/3/2025).

Skema beasiswa yang diberikan ini, beber Hammam, ialah berupa bantuan ketika menunggu dana KIP atau Kartu Indonesia Pintar yang belum turun. 

“Ketika beasiswa KIP (Kartu Indonesia Pintar) belum turun, maka selama itu untuk makan, tempat tinggal, dan kebutuhan sehari-hari dibantu oleh LazisMu melalui Beasiswa Sang Surya,” tutur Dosen UIN Salatiga ini.

Menurutnya, sampai saat ini paling tidak ada dua kategori penerima Beasiswa Sang Surya. Pertama, siswa yang sedang menempuh jenjang pendidikan di SMA dan SMK Muhammadiyah Kota Salatiga. Kedua, mahasiswa UIN Salatiga yang tinggal di Muhammadiyah Boarding School Salatiga.

“Kalau yang mahasiswa ada sekitar 21 (yang Muslim ada 16 orang, yang non-Islam ada 5 orang), ujarnya”
“Beasiswa Sang Surya ini pada prinsipnya terbuka untuk umum. Tetapi, kita lebih memprioritaskan bagi mereka yang rentan secara ekonomi, apakah faktor broken home atau mereka putra-putri pekerja migran yang kemudian mereka ingin afirmasi balik ke Indonesia,” imbuh Hammam yang juga Ketua LP2M UIN Salatiga.



Lebih lanjut, Hammam menyebut terdapat sejumlah tantangan berkenaan dengan keberlanjutan Beasiswa Sang Surya ini. Ia menilai, anggaran yang terbatas menjadi tantangan utama. Padahal, banyak putra-putri pekerja migran Indonesia, baik itu yang tergabung di Community Learning Center (CLC), Sekolah Indonesia Selangor, ataupun di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu yang sesungguhnya ingin kembali ke Indonesia untuk memperoleh pendidikan.


“Muhammadiyah sebagai ormas memiliki keterbatasan anggaran. Maka, Muhammadiyah per tahun rata-rata hanya mampu memberikan beasiswa, kepada putra-putri pekerja migran Indonesia di Malaysia, sekitar 20-30 mahasiswa,” pungkasnya. (*)

Gemar Sport

Artikel Pilihan

×
Berita Terbaru Update