GEMARNEWS.COM, BANDA ACEH – Ketua
Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Aceh Firdaus
Nyak Idin, melakukan upaya inovasi pengolahan dan pengelolaan daging qurban
dalam bentuk rendang
kemasan dalam upaya Penolong Kesengsaraan Oemat (PKO)dalam situasi darurat
kebencanaan dan darurat kemanusiaan serta mendukung program ketahanan pangan
dan gizi di Aceh.
Langkah
tersebut diambil agar efektifitas distribusi qurban sehingga tidak bertumpuk
hanya pada satu tempat, menyentuh lebih luas kelompok masyarakat kurang
beruntung yang jauh akses, fakir miskin dan penyintas darurat bencana maupun darurat
kemanusiaan.
Lazismu secara nasional sudah berupaya
agar dalam situasi darurat bencana maupun darurat kemanusiaan lainnya, memberi
dukungan dan bantuan konsumsi yang mempertimbangkan aspek gizi terutama
ketersediaan protein hewani.
Mekanisme yang ditempuh oleh Lazismu
adalah dengan mengelola dan mengolah daging qurban menjadi qurban kemasan yang
dapat disimpan dalam jangka waktu lama agar sewaktu-waktu dapat dibagikan pada
korban darurat. (14/4/2025)
Hal ini sudah sesuai dengan Fatwa MUI
Nomor 37 Tahun 2019, 7 Agustus 2019 yang membolehkan pengawetan dan
pendistribusian daging qurban dalam bentuk kemasan. Ungkap Ketua Lembaga Amil
Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Aceh Firdaus Nyak Idin.
Firdaus Nyak idin menjelaskan kembali
“Selain dukungan pada bencana alam dan bencana sosial sebagaimana dimaksud,
program ini juga dapat digunakan untuk dukungan penanganan bagi bentuk bencana
lain seperti stunting maupun gizi buruk atau bentuk bencana kelaparan yang
mungkin saja dapat terjadi. Bahkan juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung
program peningkatan status dan kapasitas gizi bagi anak, remaja, bumil dan
lansia yang membutuhkan, baik dalam situasi bencana, darurat maupun dalam
situasi rentan lainnya.
Program inovasi pengolahan daging
qurban dalam bentuk rendang kemasan untuk Penolong Kesengsaraan Oemat (PKO)
dalam situasi darurat bertujuan
memperkuat peran dakwah dan kehadiran langsung Muhammadiyah Aceh sebagai
organisasi sosial, serta Memenuhi tuntutan kebutuhan kehadiran Lazismu secara
lebih efektif dan efisien. Kata Firdaus Nyak Idin
Selama tahun 2024, tercatat Aceh
mengalami 273 kejadian bencana dengan kerugian materil mencapai 123 Milyar
Rupiah. Mengakibatkan 12 orang meninggal dunia, membawa dampak langsung kepada
159.141 Jiwa atau sekitar 44.641 KK serta 4.144 orang mengungsi. Sedangkan
tahun sebelumnya tahun 2023 tercatat Aceh mengalami 418 kejadian bencana dengan
kerugian Rp. 430 Milyar. Bencana yang terjadi mencakup kebakaran pemukiman 86
kali, banjir 68 kali, kebakaran hutan dan lahan 63 kali, angin puting beliung
34 kali, longsor 14 kali dan banjir bandang 4 kali.
Aceh juga pernah mengalami bencana
kekeringan tahun 2024 tersebut, dampak terbesar dari bencana tersebut adalah
kerusakan 787 rumah akibat kebakaran angin puting beliung, banjir dan longsor.
Bahkan tidak sedikit keluarga yang
kehilangan mata pencaharian. Salah satu akibat langsung dari situasi bencana
adalah mengakibatkan gangguan pada situasi sosial, kesehatan. Termasuk
ketersediaan kebutuhan dasar seperti konsumsi yang terganggu. Tutup Firdaus
Nyak Idin. (*)